Dosen UGM: Citayam Fashion Week Bisa Berkembang seperti Harajuku di Jepang

21 Juli 2022 9:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Remaja berpose di area sekitar taman Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis (7/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Remaja berpose di area sekitar taman Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis (7/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Dosen Antropologi UGM, Muhammad Zamzam Fauzanafi menyebutkan, fenomena ABG Citayam bukanlah hal baru. Menurutnya fenomena ini sempat muncul pada era 80an dan 90an. Kala itu, fenomena nongkrong di suatu tempat pernah terjadi di sekitar Blok M hingga Melawai Jakarta.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, perbedaannya menurut Zamzam ada pada kelas sosial yang berbeda. Menurutnya anak muda yang nongkrong di daerah Dukuh Atas-Sudirman ini adalah masyarakat kelas menengah bawah.
Zamzam juga menyebutkan, tidak menutup kemungkinan fenomena ini akan berkembang lebih jauh menjadi subkultur seperti halnya Harajuku di Jepang atau La Sape di Afrika.
Selain itu, Zamzam juga menyebut fenomena ini akan melahirkan potensi ekonomi dan turut mendorong UMKM untuk berkembang. "Kalau ini berkembang, maka akan mendorong UMKM bahkan ini bisa jadi pemberdayaan orang miskin,” jelasnya kepada kumparan, Rabu (20/7).
Remaja berpose di area sekitar taman Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis (7/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut Zamzam, agar fenomena ini bisa berkembang menjadi subkultur layaknya Harajuku dan La Sape, maka tantangannya adalah kesadaran dalam membentuk komunitas yang lebih terorganisir. Sehingga menurutnya dampaknya akan meluas dan akan terus bertahan dalam waktu yang cukup lama.
ADVERTISEMENT
“Ke depan kalau anak-anak ini punya kesadaran untuk membentuk komunitas yang lebih terorganisir, maka ini akan menjadi kekuatan subkultur. Nantinya tidak hanya satu atau dua orang saja yang jadi superstar seperti yang terjadi saat ini,” jelasnya.
“Saya kira nanti mungkin akan ada brand lokal yang datang, mungkin idealnya nanti mereka punya brand sendiri, mereka bisa hasilkan gayanya sendiri tanpa tiruan, sehingga itu jadi brand mereka sendiri seperti Harajuku Style,” sambungnya.