Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
DPR Studi Banding Makan Siang ke Swedia Dinilai Tak Etis sebab Pakai Uang Rakyat
23 Mei 2024 17:44 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian menilai kunjungan perwakilan Komisi IV DPR RI ke Swedia untuk studi banding Program Makan Siang Gratis menjadi sebuah tindakan yang kurang etis. Program ini baru saja berubah nama menjadi Program Makan Bergizi Gratis .
ADVERTISEMENT
"Karena bagaimanapun kunjungan kerja menggunakan anggaran negara, rakyat berhak mempertanyakan urgensinya, sebab mayoritas APBN itu bersumber dari pajak, uang rakyat," kata Eliza kepada kumparan, Kamis (23/5).
Delegasi DPR diwakili Ketua Komisi IV DPR Budhy Setiawan dan Wakil Ketua Budisatrio Djiwandono, Kepala Badan Pangan Nasional, Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Dirjen PSKL KLHK, serta perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perhutani, dan PT Pupuk Indonesia.
Kunjungan kerja ke Swedia ini dilaksanakan pada 19-22 Mei 2024. Perwakilan Indonesia juga menjajaki kerja sama dengan Swedia guna mendukung program tersebut.
Program ini menjadi program yang akan dijalankan di pemerintahan yang akan datang, di era Prabowo-Gibran. Eliza mempertanyakan mengapa pemerintah di era Presiden Jokowi ini turut ikut campur.
ADVERTISEMENT
"Semestinya yang dilakukan adalah menuntaskan program-program eranya Pak Jokowi hingga jabatannya selesai. Jadi kurang etis jika dibahas sedari sekarang padahal masih pemerintahannya Pak Jokowi. Yang mengurusi program makan siang gratis ini ya semestinya dirancang oleh pemerintahan terpilih mendatang," kata Eliza.
Prabowo Pelajari Program di China
Pada Selasa 2 April lalu, Presiden terpilih Prabowo Subianto meninjau penerapan program makan siang gratis di China. Dalam kunjungan ke sekolah tersebut, Prabowo didampingi oleh pihak sekolah melihat bagaimana kantin di sana menyediakan makan siang gratis untuk siswa dan siswinya.
Dalam data yang dirangkum CORE, program makan siang gratis di China dimulai sejak 2011 menyasar 1.762 kabupaten, 29 provinsi, dan 40 juta siswa pedesaan. Hasil program makan siang gratis di sana, rata-rata tinggi badan siswa laki-laki bertambah 1,54 cm, dan perempuan 1,69 cm.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan program makan siang gratis di China sejak 2011-2021 telah menghabiskan anggaran mencapai Rp 329,7 triliun, sebanyak 90 persennya dibiayai oleh pemerintah pusat, sisanya dari pihak swasta.
"China yang tingkat (penanganan) korupsinya lebih baik dari Indonesia pun, dalam program makan siang di sana membuka celah korupsi," kata Eliza.
Sebelumnya, Duta Besar RI untuk Swedia Kamapradipta Isnomo mengatakan kunjungan kerja yang dilakukan delegasi Komisi IV DPR RI ke Swedia membuka peluang kerja sama antar kedua negara.
"Kunjungan kerja ini membuka peluang besar bagi Indonesia dan Swedia untuk mempererat kerja sama di bidang pangan. Kami melihat potensi yang luar biasa dalam pertukaran pengetahuan dan teknologi antara kedua negara,” kata Duta Besar RI untuk Swedia Kamapradipta Isnomo dikutip dari Antara, Rabu (22/5).
ADVERTISEMENT