Dunia Butuh Rp 15.159 T Buat Bangun Akses Air & Sanitasi, Bagaimana Nasib RI?

7 Februari 2023 15:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Program World Water Forum ke-10, Arie Setiadi membuka Seminar I Sub Tema Water and Innovative Finance di Fairmont Hotel Jakarta dalam rangkaian World Water Forum ke-10 di Fairmont, Jakarta, Selasa (7/2/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Program World Water Forum ke-10, Arie Setiadi membuka Seminar I Sub Tema Water and Innovative Finance di Fairmont Hotel Jakarta dalam rangkaian World Water Forum ke-10 di Fairmont, Jakarta, Selasa (7/2/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Arie Setiadi, mengungkapkan tantangan yang muncul imbas COVID-19 membuat 2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses layanan air minum yang aman. Sebanyak 2,3 miliar orang juga tak punya akses fasilitas cuci tangan di rumah mereka dan 3,6 miliar orang tak punya akses sanitasi yang aman.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan pembangunan air dan sanitasi berkelanjutan, dunia setidaknya butuh dana USD 1 triliun, sementara ketersediaan dana global saat ini terdapat gap sebesar 61 persen. Nilai ini setara Rp 15.159 triliun (kurs Rp 15.159 per USD).
"Saat ini, biaya global untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan terkait air bersih dan sanitasi untuk semua pada tahun 2030 diperkirakan sebesar USD 1 triliun, setara dengan 1,21 persen dari PDB, dan menghadapi kesenjangan pendanaan sebesar 61 persen," kata Arie saat membuka seminar road to World Water Forum ke-10 di Fairmont, Jakarta, Selasa (7/2).
Selain imbas pandemi COVID, wakil ketua World Water Forum ke-10 itu juga mengatakan ada ancaman krisis iklim yang juga berakibat pada bencana air. Risiko bencana ini setidaknya berpotensi menelan biaya ekonomi global sebesar USD 5,6 triliun.
Masih ada sekitar 150 ribu Kepala Keluarga di Kabupaten Brebes yang belum memiliki jamban sesuai standar kesehatan. Foto: Dok. Pantura Post
"Ketika perubahan iklim memburuk, kualitas air menurun dan berpotensi menyebabkan bencana terkait air. Ini akan menelan biaya ekonomi global hingga USD 5,6 triliun," ujarnya.
ADVERTISEMENT

Jadi Peluang Investasi RI

Tahun 2024 nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10. Arie mengatakan hal ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mendapatkan realisasi investasi dari negara-negara global.
"Itu tidak bisa hanya dipecahkan dari dana yang sudah disediakan pemerintah. Bagaimana kita mengoptimalkan potensi yang dimiliki Indonesia serta dunia juga?" kata Arie.
Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali, mengatakan saat ini akses air minum perpipaan di Indonesia masih 20,69 persen, dan menjadi yang paling tertinggal di antara negara ASEAN. Namun hal ini sekaligus menjadi peluang Indonesia bisa menangkap potensi investasi dari negara di seluruh dunia.
Pasokan Air Bersih- Warga melaksanakan salat bersama di Mushola Nurul Huda, Muara Baru. Akses kebutuhan air untuk beribadah sehari-hari mereka peroleh dari pengepul air yang berlokasi cukup jauh dari Mushola. Foto: Mizard Alhamdani/kumparan
"Saya berani mengatakan di sektor air minum tidak ada negara yang paling seksi kecuali Indonesia. Kenapa, karena cakupan perpipaan air masih rendah," jelas Firdaus.
ADVERTISEMENT
Dalam RPJM 2020-2024 menargetkan cakupan air minum perpipaan di Indonesia bisa menyentuh 30 persen. Untuk mencapai target itu, menurut Firdaus setidaknya diperlukan gelontoran dana sekitar Rp 300 triliun. Diharapkan, melalui World Water Forum ke-10, Indonesia bisa mendapatkan investasi yang nilainya mampu menutup setengah dari ongkos tersebut.
"Kita berharap di Bali nanti akan ada follow up kita harap setidaknya USD 10 miliar, setidaknya Rp 150 triliun tertutupi," tegasnya.