Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Dunia Terancam Resesi, Ekonomi Indonesia Dinilai Masih Aman
10 Juli 2022 18:44 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ekonomi Indonesia dinilai masih terbilang aman. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut resesi global yang diramal terjadi dalam waktu dekat memiliki perbedaan dengan krisis sebelumnya, khususnya dengan krisis pandemi. Meskipun demikian, dia optimistis Indonesia masih dalam posisi aman.
Josua menceritakan, krisis pandemi diawali dengan penurunan aktivitas ekonomi ketika pandemi menghantam dunia. Sementara itu, krisis 2008 berasal dari burst yang terjadi pada aset derivatif di AS yang kemudian melebar ke berbagai aset finansial global.
"Resesi yang berpotensi terjadi di negara maju diperkirakan akan ikut mendorong kenaikan volatilitas di pasar keuangan Indonesia serta berdampak pada perlambatan ekonomi," kata Josua kepada kumparan, Minggu (10/7).
Menurut dia faktor pertama yang akan terdampak adalah ekspor Indonesia. Dia memperkirakan kegiatan ekspor di Indonesia turun akibat menurunnya permintaan dari negara maju tersebut, utamanya dari Jepang, AS, dan Korea Selatan, yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penurunan ekspor kemudian berdampak pada penurunan neraca perdagangan Indonesia. Sehingga transaksi berjalan juga berpotensi mengalami penurunan. Mengingat net ekspor juga merupakan komponen Produk Domestik Bruto (PDB), penurunan neraca perdagangan juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Faktor kedua yang akan mempengaruhi Indonesia adalah investasi. Negara maju pada umumnya merupakan investor utama investasi langsung di Indonesia. Resesi yang terjadi di negara asal investor akan berdampak pada penurunan potensi investasi, sehingga trennya cenderung terhambat.
Investasi juga terhambat di beberapa sektor, terutama sektor yang berorientasi ekspor, mengingat permintaan ekspor turun akibat resesi global.
"Kedua sisi, baik perdagangan maupun investasi, diperkirakan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun belum sampai dengan level kontraksi seperti 1998 dan 2020," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Josua melanjutkan, potensi Indonesia mengalami stagflasi masih relatif rendah, di tengah inflasi yang meningkat. "Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menjaga harga, sehingga hingga saat ini indikator konsumen Indonesia masih relatif solid," pungkas Josua.