news-card-video
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Ekonom Jelaskan Penyebab Marak PHK dan Penutupan Pabrik di Awal Tahun

9 Maret 2025 15:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali merebak di awal tahun 2025. Pada tiga bulan pertama tahun ini, sudah ada 10.665 tenaga kerja terdampak PHK oleh raksasa tekstil Sritex Group, 1.100 kasus PHK disumbang Yamaha Music dan 2.500 lainnya dilakukan oleh PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh.
ADVERTISEMENT
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda kemudian menjelaskan biang kerok tumbangnya industri padat karya pada awal 2025 ini.
Menurut Nailul, penurunan permintaan baik dari dalam dan luar negeri membuat pertumbuhan kinerja industri manufaktur Indonesia terhambat.
Dia menyoroti sempat ekspansif Purchasing Managers Index (PMI) industri manufaktur pada pertengahan hingga jelang akhir 2024 yang meredup.
Dia menandakan meredupnya PMI pada tahun lalu membuat dunia usaha di Indonesia tidak melakukan ekspansi usaha.
“Pertama faktor permintaan dalam negeri melemah dengan ditandai daya beli yang melambat di tahun lalu,” tutur Nailul kepada kumparan, Minggu (9/3).
Perlambatan permintaan juga terlihat dari tanda-tanda adanya pelemahan daya beli masyarakat dengan deflasi 5 bulan berturut-turut yang terjadi di Indonesia, hingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat.
ADVERTISEMENT
Buruh dan karyawan mendengarkan pidato dari direksi perusahaan di Pabrik Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2025). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Selain itu, menurunnya permintaan dalam negeri juga dinilai berkaitan erat dengan gempuran produk impor akibat aturan yang lesu. Dalam hal ini, dia menyoroti Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang mengatur kebijakan dan pengaturan impor teranyar.
“Ditambah lagi, gempuran barang impor sangat masif, dengan keluarnya Permendag yang memudahkan impor barang masuk ke Indonesia,” imbuhnya.
Kemudian, lanjut Nailul, faktor yang membuat ekspansi dunia usaha Indonesia terhambat adalah penurunan permintaan global imbas adanya perang dan ketegangan geopolitik.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita di Kantor Kemenperin, Selasa (7/1/2025). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
“Pertumbuhan ekonomi China yang melambat menyebabkan permintaan produk Indonesia menurun. Alhasil, produksi dalam negeri berkurang. Dampaknya adalah adanya efisiensi dengan melakukan PHK,” jelas Nailul.
Meski demikian, data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin menunjukkan sepanjang 2024, jumlah tenaga kerja baru yang diserap industri manufaktur yang mulai berproduksi tahun 2024 mencapai 1.082.998 orang.
ADVERTISEMENT
Angka ini lebih besar dari jumlah PHK yang dilaporkan Kemenaker pada tahun 2024 sebesar 80.000 orang.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita tidak menampik sepanjang 2024 industri dihadapkan dengan sederet permasalahan hingga menyebabkan adanya kasus PHK dan penutupan pabrik. Namun, Kemenperin dalam hal ini tetap berupaya agar industri tetap bisa menyerap tenaga kerja.