Ekonom: Masyarakat Lebih Sensitif Harga Beras Naik Ketimbang Mi Instan

16 Agustus 2022 16:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan mi instan di Alfamidi Jati Padang.  Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deretan mi instan di Alfamidi Jati Padang. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Center of Reform and Economics (Core) Mohammad Faisal mengamati harga mi instan naik 25 persen sejak awal tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Ia menilai kenaikan harga ini berdampak relatif kecil terhadap inflasi. Penyebabnya adalah pengaruh harga mi instan kecil pada jumlah konsumsi masyarakat dengan ekonomi ke bawah.
"Mi instan bukan kebutuhan pokok utama, melainkan beras. Masyarakat lebih sensitif harga beras naik daripada harga mi instan naik," ujar Faisal kepada kumparan, Selasa (16/8).
Faisal menyebut bahwa harga tepung terigu justru yang diawasi, karena konsumsi lebih tinggi oleh ibu rumah tangga daripada mi instan. Kenaikan harga mi instan tergantung tren harga gandum, sehingga harga mi instan berpotensi semakin melonjak.
Ia mengimbau pemerintah untuk menggratiskan bea masuk gandum, agar bahan baku dalam negeri masih stabil. Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengungkapkan mi instan sudah menjadi makanan rutin bagi kalangan menengah dan atas menjadi makanan pokok.
ADVERTISEMENT
Deretan mi instan di Alfamidi Jati Padang. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
"Kalangan bawah yang bergantung pada mi instan karena keterbatasan. Cakupan konsumsi luas dan besar sekali penjualannya di Indonesia," kata Tauhid.
Tauhid mengamati peningkatan harga gandum sudah mencapai kenaikan tertinggi pada bulan Juli. Harga gandum saat ini relatif turun karena ekspor Gandum di Ukraina sudah dibuka, sehingga gandum bisa dikonsumsi lagi.
Ia memprediksi perusahaan mi instan sedang menghabiskan stok lama yang menggunakan bahan baku gandum dengan harga lama. Apabila produksi mi instan menggunakan harga gandum yang tinggi, harga mi instan kemungkinan mencapai Rp 4.000 per bungkus.
"Selain bahan baku, harga mi instan akan naik karena ada pengaruh biaya energi yang naik dan transportasi untuk mengirimkan gandum," sambungnya.
Tauhid optimistis harga mi instan tidak akan naik tiga kali lipat, melainkan maksimum dua kali lipat. Produsen mi instan diperkirakan akan mengurangi kuantitas dengan ukuran yang lebih kecil, sehingga biaya produksi tidak membengkak.
ADVERTISEMENT