Ekonom: Penurunan Outlook Rating Perbankan RI Hanya Bersifat Sementara

2 April 2020 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lembaga pemeringkat Moody's Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Lembaga pemeringkat Moody's Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada bulan Maret 2020, Lembaga Pemeringkat Moody’s Rating menurunkan outlook rating perbankan Indonesia dari stable menjadi negatif.
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengatakan, penurunan outlook tersebut didorong oleh dampak virus corona atau COVID-19 terhadap perekonomian yang berpotensi berdampak negatif terhadap kinerja sektor perbankan dalam jangka pendek ini.
“Dari sisi pertumbuhan kredit, perbankan mempunyai risiko perlambatan yang diakibatkan oleh perlambatan ekonomi akibat Covid-19, di mana pertumbuhan ekonomi diprediksi berada di kisaran 3,50-4,00 persen di tahun ini,” ungkap Josua kepada kumparan, Kamis (2/4).
Menurut Josua, pertumbuhan kredit di Januari masih berada pada level 6,10 persen. Sayangnya, laju pertumbuhan ini diproyeksikan mengalami perlambatan sejalan dengan siklus ekonomi yang berpotensi menurun pada tahun ini.
Perlambatan pertumbuhan kredit ini kemudian juga diikuti oleh potensi kenaikan Non-Performing Loan akibat adanya bisnis yang terkena dampak langsung yang signifikan dari Covid-19, seperti sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Perdagangan Besar dan Eceran, Industri Pengolahan, Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (CPO & turunannya), serta Pertambangan (Batu bara, dll).
Vice President Economist Permatabank Josua Pardede. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Ekspektasi pertumbuhan kredit yang cenderung kembali melambat pada tahun ini berpotensi untuk mendorong penurunan kualitas asset perbankan yang ditandai dengan kenaikan risiko kredit yang cukup signifikan. Namun demikian, kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bersifat countercylical beserta pelonggaran bauran kebijakan Bank Indonesia (BI) dapat membatasi penurunan kualitas asset perbankan.
ADVERTISEMENT
Sisi lainnya yang disorot oleh Moody’s adalah penurunan profitabilitas perbankan akibat kecenderungan BI dalam memotong tingkat suku bunganya sehingga Net Interest Margin (NIM) dari perbankan pun cenderung akan menurun. Padahal NIM perbankan sendiri sudah terus mengalami penurunan sejak 2016 hingga hanya berada di level 4.91 persen per Desember 2019.
Sementara itu pertumbuhan dari profitabilitas perbankan juga cenderung melambat menjadi 4,32 persen dari akhir tahun 2018 yang tercatat 14,38 persen.
“Dengan demikian sektor perbankan harus lebih cenderung berhati-hati dalam meminimalisir risiko-risiko yang dapat muncul di kondisi seperti saat ini,” ujar Josua.
Adapun dari pertimbangan Moody’s tersebut dapat terlihat bahwa kecenderungan ini bersifat temporer. Artinya apabila siklus ekonomi domestik kembali meningkat yang berimplikasi pada perbaikan kinerja sistem perbankan, maka outlook rating sektor perbankan Indonesia berpotensi untuk kembali meningkat.
ADVERTISEMENT