Ekonom: Perang Dagang AS-China Bisa Jadi Peluang buat RI

17 Juni 2018 15:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrai ekspor impor di pelabuhan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrai ekspor impor di pelabuhan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) dan China bersitegang karena rencana AS mengenakan tarif impor terhadap beberapa barang dari China. Pemerintah AS sudah menyiapkan daftar berisi 800 produk China yang akan dikenai tarif tinggi mulai 6 Juli mendatang. Beberapa produk tersebut diantaranya mesin dan peralatan manufaktur, barang elektronik, hingga alat transportasi.
ADVERTISEMENT
Tak mau kalah, Cina juga menyatakan bahwa pihaknya akan membalas dengan kebijakan serupa. Pemerintah China akan memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap 659 produk AS, mulai dari kedelai, makanan laut, hingga mobil dengan nilai yang sama.
Terkait hal ini, Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengatakan bahwa Indonesia bakal terkena imbas perang dagang AS-China.
"Tentunya ini bakal berpengaruh ke beberapa negara di ASEAN. Sebab, perang dagang ini akan menimbulkan reaksi, beberapa negara lainnya di ASEAN juga turut menaikkan tarif bea masuk sebagai upaya proteksionisme. India misalnya memberlakukan tarif impor terhadap minyak kelapa sawit kita sebesar 24%. Alhasil ekspor kelapa sawit kita ke India jadi turun," tambahnya saat dihubungi kumparan, Minggu (17/6).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, lanjut Bhima, perang dagang yang terjadi antara AS dan China ini juga bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan penetrasi terhadap pasar AS dan China. Sebab, barang-barang yang selama ini diperoleh dari impor kedua negara bisa digantikan dengan produk Indonesia.
"Amerika misalnya yang selama ini mengimpor produk elektronik dari China pasti akan berkurang dengan adanya pengenaan tarif impor ini. Nah, Pemerintah Indonesia harusnya bisa melihat peluang di sini dengan mencoba untuk memasukkan produk elektronik kita," Bhima menjelaskan.
Selain itu, Bhima juga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia melalui duta-duta besar yang ada di beberapa negara harusnya turut aktif dalam mengembangkan strategi agar produk-produk Indonesia bisa memperluas pasar ekspor.
ADVERTISEMENT
"Duta-duta besar yang ada di luar negeri itu harusnya bisa melakukan lebih dari sekedar membuat expo. Mereka justru harusnya lebih peka dalam melihat peluang dalam perang dagang dan melakukan upaya agar produk kita bisa masuk di antara dua negara yang sedang bersitegang ini," tutupnya.