Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Center of Reforms Economics (Core) Indonesia, Hendri Saparini, menilai terkontraksinya pertumbuhan kredit bukan disebabkan kinerja perbankan yang menurun, tapi karena tak adanya permintaan.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan kredit perbankan per September 2020 tercatat minus 0,4 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka tersebut juga turun jika dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang masih positif 0,6 persen (yoy).
"Walau pemerintah mengalokasikan anggaran besar, karena tidak diintegrasikan ke sektoral, maka perbankan sulit untuk menyalurkan kreditnya. Harus ada guidance, dukungan serta kemudahan dari sektor tersebut untuk mengarahkan kredit," kata Hendra dalam webinar DPP PAN, Rabu (4/11).
Adapun saat ini permintaan kredit masih rendah karena konsumsi juga mengalami kontraksi. Kelas menengah atas juga masih menahan belanja.
"Sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) yang luar biasa untuk semua kelompok di perbankan," jelasnya.
Pemerintah maupun regulator diminta mendorong daya beli masyarakat, sehingga permintaan kredit juga membaik. Salah satunya mendorong percepatan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
ADVERTISEMENT
"Ini harus didorong dan optimisme ini harus ditumbuhkan, bahwa spending kelas menengah atas menentukan apakah konsumsi rumah tangga akan tumbuh negatif atau membaik," ujarnya.
Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit perbankan sebesar Rp 5.529,4 triliun per September 2020. Kredit ini mengalami kontraksi atau minus 0,4 persen (yoy).
Penurunan laju penyaluran kredit ini seiring dengan perlambatan kredit baik segmen korporasi maupun perorangan.
Penyaluran kredit korporasi tercatat minus 0,7 persen (yoy), sedangkan kredit perorangan melambat menjadi 0,7 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan kredit dipengaruhi kebutuhan kredit modal kerja yang minus 3,1 persen (yoy) pada akhir kuartal III tahun ini.
Industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran juga masih menjadi sektor penekan pertumbuhan kredit modal kerja.
ADVERTISEMENT