Ekonom Prediksi BI Bakal Naikkan Suku Bunga Kalau Harga Pertalite Naik

22 Agustus 2022 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengendara mengisi bensin kendaraannya di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta Selatan, Selasa (16/8/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengendara mengisi bensin kendaraannya di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta Selatan, Selasa (16/8/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali menahan suku bunga di level 3,5 persen. Adapun BI telah menahan suku bunga acuannya selama 17 bulan berturut-turut di 3,5 persen.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, menyebut BI akan lebih percaya diri untuk tetap menahan suku bunga. Sebab, aliran modal asing sudah kembali masuk dan rupiah menguat.
"Inflasi memang sudah meningkat tetapi penyebabnya bukan sepenuhnya faktor moneter. Sementara aliran modal asing sudah kembali masuk dan rupiah menguat. Jadi saya yakin BI akan lebih confident untuk tetap menahan suku bunga," jelas Piter kepada kumparan, Senin (22/8).
Piter merasa BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, jika pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertalite. Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi lonjakan inflasi imbas kenaikan BBM bersubsidi.
Piter Abdullah. Foto: Facebook/ @Piter Abdullah
"Jika pemerintah memang sudah pasti menaikkan harga BBM pertalite dan sudah mengkomunikasikan rencana itu dengan BI, saya perkirakan akan menaikkan suku bunga acuan dalam upaya mengantisipasi lonjakan inflasi," ungkap Piter.
ADVERTISEMENT
Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga menyebut BI akan mempertahankan suku bunga acuan BI7RR di level 3,5 persen pada RDG bulan ini. Pasalnya, inflasi fundamental atau inflasi inti Indonesia masih terkendali.
Tak hanya itu, volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang bulan Agustus cenderung menurun jika dibandingkan dengan Juli lalu. Meski begitu, saat ini rupiah cenderung melemah tipis 5 poin jika dibandingkan dengan akhir Juli. Penurunan volatilitas rupiah tersebut dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS yang cenderung menurun serta ekspektasi less-hawkish dari stance kebijakan moneter The Fed.
Sementara itu dari dalam negeri, rilis data transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II 2022 yang tercatat surplus 1,1 persen terhadap PDB juga diperkirakan akan tetap menjaga stabilitas rupiah.
ADVERTISEMENT
"Meskipun demikian, ke depannya BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50-75 bps hingga akhir tahun ini. Ekspektasi tersebut sejalan dengan ekspektasi penurunan surplus transaksi berjalan pada semester II2022 dan upaya untuk menjangkau ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan inflasi harga bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah," tutur Josua.

Airlangga Minta BI Jangan Buru-Buru Naikkan Suku Bunga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta BI untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, inflasi inti Indonesia masih di angka 2,86 persen.
"Angkanya masih rendah sehingga tentu ekonomi ini baru recover. Sehingga perlu kita berharap tidak perlu terlalu terburu-buru naikkan suku bunga, " kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sejalan dengan dana pihak ketiga (DPK) masih di atas 10 persen. Kemudian diikuti pada sektor perbankan masih terlihat solid. "Sedangkan kredit masih di bawah sehingga masih relatif perbankan kita masih solid," sambungnya.