Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ekonom Prediksi Inflasi di Februari 2023 Melandai, Apa Penyebabnya?
1 Maret 2023 9:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Inflasi Indonesia pada bulan Februari 2023 diperkirakan melambat menjadi 0,08 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dari sebelumnya 0,34 persen mtm. Secara tahunan, inflasi meningkat menjadi 5,39 year on year (yoy) dari sebelumnya 5,28 persen (yoy)," kata Josua kepada kumparan, Rabu (1/3).
Josua menjelaskan deflasi pada barang bergejolak tercermin dari penurunan harga rata-rata beberapa bahan pangan, seperti daging ayam yang mengalami penurunan harga 4,38 persen, telur turun 3,37 persen, dan juga cabai rawit turun 7,15 persen.
Sementara itu, dari sisi harga barang yang diatur pemerintah, deflasi terjadi karena normalisasi harga tiket pesawat yang cenderung mengalami penurunan akibat musim liburan yang sudah usai dan permintaan cenderung turun.
"Inflasi inti pada bulan Februari 2023 cenderung mengalami perlambatan inflasi dari sebelumnya 3,27 persen (yoy) menjadi 3,16 persen (yoy). Kami perkirakan perlambatan inflasi inti terdorong oleh penurunan harga emas di tengah masih solidnya permintaan konsumen," terang Josua.
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, memperkirakan inflasi pada Februari 2023 berada di level 0,13 persen. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan inflasi di Januari yang sebesar 0,34 persen. Kondisi inflasi pangan diproyeksi terlihat tidak terlalu tinggi, sedangkan tarif angkutan udara terus mencatat deflasi, harga emas turun, dan nilai tukar rupiah menguat.
ADVERTISEMENT
“Inflasi pada Februari 2023 diperkirakan akan lebih rendah (dari Januari 2023) yaitu 0,13 persen. Dengan kondisi dua bulan ini , inflasi year to date diperkirakan sebesar 0,47 persen,” kata Faisal.
Sementara itu, inflasi inti diproyeksi akan menurun dan berada di level 3,21 persen. Didorong oleh dampak putaran kedua dari penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di 2022.