Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ekonom Proyeksi Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Prabowo-Gibran Sulit Dicapai
15 Mei 2024 13:19 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Tanpa kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, sangat sulit mencapai pertumbuhan sebesar 6 persen sekali pun. Itu sulit (mencapai pertumbuhan 8 persen)," kata Enrico dalam acara 2024 Fitch on Indonesia di Hotel Mandarin Oriental, Rabu (15/5).
Enrico mengatakan, hilirisasi industri hingga transformasi digitalisasi sangat penting dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, saat ini infrastruktur RI sudah siap untuk melakukan hilirisasi dan digitalisasi, namun kemampuan sumber daya manusia (SDM) masih rendah.
"Infrastruktur sudah siap, namun kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat rendah," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan tahun 2025 sebagai awal dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2025-2029 sangat strategis dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2024.
ADVERTISEMENT
Suharso mengungkapkan, pada tahun 2025 pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5,3-5,6 persen. Selain itu pemerintah juga menargetkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 6-7 persen serta menurunkan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,5-5 persen.
“Sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 adalah antara sekitar 5,3-5,6 persen, kemudian tingkat kemiskinan itu antara 6-7 persen, kemudian tingkat pengangguran terbuka juga kita turunkan,” kata Suharso.
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan selain akselerasi pertumbuhan ekonomi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 juga difokuskan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat atau well-being serta konvergensi atau pertumbuhan yang makin merata antardaerah.
“Untuk postur awal ini, tadi telah disampaikan dari sisi penerimaan negara maupun belanja negara dijaga, sehingga defisitnya untuk tadi adalah antara 2,45 persen hingga 2,8 persen dari GDP. Bapak presiden meminta agar itu betul-betul dikendalikan dari sisi defisitnya, sehingga dalam situasi global yang suku bunga tinggi dan juga gejolak dari sisi geopolitik, kepercayaan terhadap APBN masih tetap bisa dijaga,” kata Menkeu.
ADVERTISEMENT