Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Ekonom Sebut Penguatan Rupiah ke Dolar AS Hanya Sementara, Apa Alasannya?
16 April 2023 12:32 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, ekonom melihat penguatan ini tidak akan bertahan lama. Ekonom INDEF, Eko Listiyanto, menyebut kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia memang sedang naik karena tawaran suku bunga yang cukup stabil dibandingkan negara-negara dunia lain.
Di saat bersamaan, Eko melihat investor mulai meninggalkan dolar AS untuk berinvestasi karena melemahnya mata uang tersebut.
“Sehingga rupiah bisa naik, tapi ini kalau dilihat sifatnya temporer. Saat ini banyak investor yang mengambil sikap wait and see terhadap suku bunga Federal Reserve (The Fed), dan kemungkinan masih agresif kelanjutan suku bunganya. Saat itu saya perkirakan bisa balik lagi ke Rp 15.000 per dolar, karena masuk keluar modal cepat sekali,” kata Eko kepada kumparan, Minggu (16/4).
Eko menilai penguatan rupiah yang terlalu drastis juga tidak sepenuhnya positif. Menurutnya, hal itu akan berpengaruh pada tingkat ekspor dalam negeri. Jika rupiah meningkat terlalu pesat, terdapat kekhawatiran importir akan mengurangi pesanan komoditas dalam negeri karena melonjaknya harga-harga barang.
ADVERTISEMENT
“Kalau hanya temporer, dijaga di level Rp 14.800 per dolar sudah bagus. Titik keseimbangan di situ. Saya rasa arahnya tidak sampai dibawah Rp 14.500 (per dolar), jika terjadi bisa mengganggu perdagangan luar negeri,” ujar Eko.
Senada, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, memprediksi rupiah tidak akan menembus di bawah Rp 14.600 per dolar. Ia juga melihat penguatan Rupiah terhadap dolar ini sebagai sesuatu yang sifatnya sementara.
“Saat ini Indonesia tengah diuntungkan data inflasi rendah di Amerika Serikat (AS), tapi kegagalan perbankan di AS juga sudah mulai rendah risikonya. Sekarang investor tengah menunggu kebijakan suku bunga The Fed, sehingga mereka cari alternatif di Pasar Asia,” tuturnya.
“Tapi setelah jelas (kebijakan suku bunga AS), modal kemungkinan akan kembali ke sana. Saat itu nilai tukar rupiah akan kembali mendekati Rp 15.000 per dolar," tambahnya.
ADVERTISEMENT