Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Ekonom Ungkap Dampak Investasi RI Usai Peluncuran BPI Danantara
25 Februari 2025 14:23 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Ekonom mengungkapkan pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara ) oleh Presiden Prabowo Subianto menimbulkan sejumlah dampak, baik positif maupun negatif.
ADVERTISEMENT
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, mengatakan pembentukan Danantara memiliki potensi menciptakan optimisme baru di kalangan investor , terutama di sektor keuangan dan perbankan.
Dengan pengelolaan setoran dividen BUMN yang lebih terstruktur dan efisien, aliran dana negara diharapkan dapat dikelola secara lebih transparan dan tepat sasaran.
"Hal ini, pada gilirannya, bisa meningkatkan kepercayaan investor yang selama ini mengamati dinamika pengelolaan keuangan negara, sehingga mendorong semangat investasi di sektor-sektor strategis," kata Rizal kepada kumparan, Selasa (25/2).
Di sisi lain, pengalihan langsung setoran dividen ke Danantara memberikan keuntungan praktis karena mempercepat proses aksi korporasi, tanpa harus melalui birokrasi yang berbelit. Namun, mekanisme ini juga membawa potensi risiko, terutama jika pengawasan dan regulasi tidak berjalan optimal.
ADVERTISEMENT
Menurut Rizal, adanya kekhawatiran pejabat menteri BUMN dan pengurus Danantara dapat lolos dari jerat hukum atas kerugian negara harus menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, penting menetapkan aturan main yang jelas, termasuk sistem audit dan pengawasan independen, guna mencegah potensi penyalahgunaan.
"Pembentukan Danantara merupakan langkah strategis yang dapat membawa dampak positif jika diimbangi dengan penataan regulasi yang ketat dan tata kelola yang transparan," kata Rizal.
Menurutnya, langkah ini tidak hanya berpotensi meningkatkan efisiensi pengelolaan dana negara, tetapi juga mempercepat aksi korporasi dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, keberhasilan inisiatif ini sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dalam menyusun dan menerapkan mekanisme dan pengawasan yang menyeluruh.
Adapun dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, Danantara dapat mendorong percepatan investasi dan pertumbuhan ekonomi jika dana yang dikelola dapat disalurkan ke sektor-sektor produktif dan strategis. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal, dana tersebut bisa menjadi instrumen pendanaan untuk inovasi, pengembangan infrastruktur, dan peningkatan kualitas layanan keuangan.
ADVERTISEMENT
"Meski demikian, efek positif ini hanya akan tercapai jika risiko-risiko yang mungkin muncul dapat diminimalisir dan dimitigasi melalui implementasi kebijakan yang efektif dan pengawasan yang ketat," ujarnya.
Sementara itu, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengatakan, Danantara akan menghadapi berbagai tantangan ketika nanti beroperasi. Salah satunya adalah begitu buruk dan terbatasnya kesempatan berinvestasi di Indonesia. Dengan dana berlimpah, permasalahan menjadi semakin besar.
Menurut Samirin, Danantara bisa saja memutuskan untuk fokus pada pendanaan 20 proyek strategis nasional dan upaya memperbaiki kinerja BUMN. Tetapi, keduanya merupakan investasi dengan horizon jangka panjang yang perlu waktu untuk merealisasikan.
Selain itu, Danantara akan kesulitan menemukan alternatif investasi jangka pendeknya, untuk menjaga likuiditas sekaligus tingkat pengembalian investasi.
ADVERTISEMENT
"Apa iya arm investasi Danantara akan menempatkan dananya pada SBN yang telah memfasilitasi ketergantungan Pemerintah kita terhadap utang. Masak iya, Danantara akan menempatkannya di deposito yang berbunga rendah," kata Samirin kepada kumparan.
"Tidak mungkin juga Danantara menempatkan dananya di pasar saham internasional; kendatipun benar secara prinsip investasi tetapi langkah ini akan dinilai bertolak belakang dengan tujuan berdirinya Danantara," ujarnya.
Samirin menilai bahwa menanamkan dana di pasar modal nasional merupakan salah satu opsi terbaik. Permasalahannya kondisi pasar modal Indonesia sedang mati suri. Investor lari kepada SBN, alternatif investasi likuid dengan bunga lebih dari 7 persen dengan risiko yang nyaris nihil.
"Investor lari ke luar negeri karena terlalu dominannya praktik goreng-menggoreng di pasar modal kita. Gorengan buruk bagi kesehatan dan saham gorengan buruk bagi reputasi pasar modal dan negeri kita," kata Samirin.
ADVERTISEMENT
"Total investible equity di pasar modal kita, hanya mewakili kurang dari 0,2 persen FTSE Global Equity Index Series (FTSE GEIS). Artinya, investor global hanya merencanakan untuk menempatkan kurang dari 0,2 persen AUM-nya untuk diinvestasikan di Indonesia.
Pencapaian ini jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Lebih mengkhawatirkan, proporsi yang kecil itu justru semakin kecil akibat beberapa emiten besar dikeluarkan dari perhitungan index FTSE GEIS, akibat dugaan manipulasi harga saham.
"Danantara adalah pemain investasi super besar. Ia memerlukan lapangan bermain yang luas, dan bisa dipastikan pasar modal kita terlalu sempit baginya untuk bergerak. Lagi-lagi, bisa saja ia memilih untuk bermain di luar, tetapi pilihan terbaik adalah tetap bermain di dalam, sambil terus memperbaiki lapangan agar semakin luas, bersih dan nyaman," kata Samirin.
ADVERTISEMENT
Dia menekankan kelahiran Danantara perlu dijadikan sebagai momentum untuk memperbaiki pasar modal RI. Perbaikan dari aspek produk, institusi, regulasi dan tata kelola perlu menjadi prioritas. Insentif dan keberpihakan Pemerintah sangat ditunggu, untuk mengembalikan pasar modal RI ke era 1990-an, di mana menjadi pilar penting sektor keuangan.