Ekonomi Amerika Serikat Naik 2,9 Persen di Kuartal IV 2022, Tak Jadi Resesi?

27 Januari 2023 14:14 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gedung Putih, Amerika Serikat.  Foto: Shutetrstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gedung Putih, Amerika Serikat. Foto: Shutetrstock
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal IV 2022 tumbuh 2,9 persen. Angka tersebut melambat jika dibandingkan pertumbuhan di kuartal III 2022 sebesar 3,2 persen.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan positif di kuartal IV 2022 itu terjadi di tengah ancaman resesi global. Diberitakan Reuters, Departemen Perdagangan melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) AS menunjukkan setengah dari dorongan pertumbuhan berasal dari kenaikan dari sektor bisnis.
Sementara belanja konsumen mempertahankan laju pertumbuhan yang solid, sebagian besar peningkatan konsumsi terjadi di awal kuartal keempat. Penjualan ritel melemah tajam di November dan Desember. Pengeluaran bisnis untuk peralatan pun menyusut pada kuartal terakhir, dan kemungkinan akan tetap menurun karena permintaan barang melemah.
"Ekonomi AS tidak jatuh dari tebing, tetapi kehilangan stamina dan risiko berkontraksi awal tahun ini," kata Sal Guatieri, seorang ekonom senior di BMO Capital Markets di Toronto.
"Itu seharusnya membatasi Fed hanya untuk dua kali kenaikan suku bunga kecil dalam beberapa bulan mendatang," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Reuters kepada ekonom memperkirakan PDB akan naik pada tingkat 2,6 persen.
Pertumbuhan paruh kedua yang kuat menghapus kontraksi 1,1 persen dalam enam bulan pertama tahun ini. Untuk 2022, ekonomi tumbuh 2,1 persen, turun dari 5,9 persen dibanding 2021.
The Fed tahun lalu menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin dari mendekati nol menjadi kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen, tertinggi sejak akhir 2007.
Pengeluaran konsumen tumbuh pada tingkat 2,1 persen, sebagian besar peningkatan belanja barang terjadi pada awal kuartal dan digunakan untuk kendaraan bermotor. Selain itu, konsumen juga turut membelanjakan untuk layanan seperti perawatan kesehatan, perumahan, utilitas, dan perawatan pribadi.
Adapun pengeluaran yang tumbuh 2,3 persen pada kuartal III, telah didukung oleh ketahanan pasar tenaga kerja, serta kelebihan tabungan yang terakumulasi selama pandemi COVID-19. Pendapatan rumah tangga setelah memperhitungkan inflasi meningkat pada tingkat 3,3 persen setelah naik 1,0 persen pada kuartal III. Tingkat tabungan juga naik menjadi 2,9 persen dari 2,7 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, permintaan barang-barang manufaktur yang tahan lama, yang sebagian besar dibeli secara kredit melemah. Beberapa rumah tangga, terutama yang berpendapatan rendah telah menghabiskan tabungan mereka.
Pada akhirnya, persediaan melonjak pada tingkat USD 129,9 miliar dibandingkan dengan tingkat USD 38,7 miliar pada kuartal sebelumnya, menambahkan 1,46 poin persentase ke pertumbuhan PDB. Ada juga kontribusi dari pengeluaran pemerintah dan defisit perdagangan yang lebih kecil.
Mengupas persediaan, pengeluaran pemerintah dan perdagangan, permintaan domestik hanya meningkat pada tingkat 0,2 persen. Itu adalah peningkatan terkecil dalam penjualan akhir domestik swasta sejak kuartal kedua 2020 dan merupakan perlambatan dari laju 1,1 persen kuartal III.
"Meningkatnya persediaan bisa menjadi pertanda buruk untuk pertumbuhan di awal 2023 karena perusahaan mungkin berupaya mengurangi kelebihan stok barang," kata Erik Norland, ekonom senior CME Group.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari tanda-tanda yang jelas dari peralihan yang lemah ke tahun 2023, beberapa ekonom dengan hati-hati optimistis ekonomi akan melewati masa resesi.
Para ekonom berpendapat bahwa kebijakan moneter sekarang bertindak dengan jeda yang lebih pendek daripada sebelumnya karena kemajuan teknologi dan transparansi bank sentral AS, yang mengakibatkan pasar keuangan dan ekonomi riil bertindak untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga. Suku bunga hipotek sendiri cenderung lebih rendah karena The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga.
"Sebagian besar reaksi terhadap suku bunga yang lebih tinggi sudah ada di ekonomi dan pasar keuangan," kata Sung Won Sohn, seorang profesor keuangan dan ekonomi di Universitas Loyola Marymount di Los Angeles.
"Karena The Fed telah berhasil memicu resesi bergulir, sekarang saatnya untuk memikirkan strategi keluar," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tingkat inflasi juga mereda pada kuartal keempat dengan naik pada tingkat 3,2 persen, turun dari laju kenaikan 4,8 persen di kuartal IV.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (26/1) menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara turun 6.000 menjadi 186 ribu, yang disesuaikan secara musiman. Angka tersebut merupakan level terendah sejak April 2022. Jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu pertama bantuan, proksi untuk perekrutan, meningkat 20 ribu menjadi 1,675 juta.
"Tidak ada tanda-tanda dalam data klaim pengangguran terbaru bahwa pasar tenaga kerja retak pada awal tahun baru," kata Conrad DeQuadros, penasihat ekonomi senior di Brean Capital di New York.
***
Reporter: Fadli Fakhrur Rizi