Ekonomi Ibu-ibu Penghuni TPA Sampah Manggar Bergeliat Berkat Gas Methane

5 November 2022 15:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemanfaatan Gas Methane di TPA Sampah Manggar, Balikpapan, binaan Pertamina Hulu Mahakam. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemanfaatan Gas Methane di TPA Sampah Manggar, Balikpapan, binaan Pertamina Hulu Mahakam. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Kumuh, kusam, dan bau, mungkin menjadi pemandangan yang biasa di lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Namun hal itu tidak berlaku di TPAS Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur. Saat berkunjung ke sana pada Kamis (3/11), tak ada lalat beterbangan dan sama sekali tak tercium bau sampah.
ADVERTISEMENT
Malahan, pemandangan yang terlihat saat memasuki area TPA Sampah Manggar adalah ratusan anak sekolah dasar yang sedang berekreasi. Ada juga ibu-ibu yang tengah asyik menggoreng panganan di sebuah bangunan kecil yang dinamai Cafe Methane yang lokasinya persis di bekas tempat pembuangan sampah.
“Cafe ini tempat para pengunjung yang datang ke TPAS Manggar. Tidak ada bau sama sekali, kan? Kami biasa memasak di sini memanfaatkan gas methane dari sampah,” kata Nurlita, 47 tahun, salah seorang ibu yang rumahnya berada di sekitar TPA Sampah Manggar.
Bagi Nurlita, tinggal di wilayah dekat TPA Sampah Manggar adalah berkah. Dia bersama ibu-ibu lainnya membentuk kelompok UMKM yang menjual berbagai produk makanan. Ada Mantaw yang menjadi makanan khas Balikpapan, juga berbagai camilan seperti keripik pisang dan kacang disco.
ADVERTISEMENT
“Semuanya dimasak menggunakan gas methane. Kami hanya cukup membayar Rp 10 ribu per bulan sudah bisa masak sepuasnya,” kata ibu satu anak ini.
Pemanfaatan Gas Methane di TPA Sampah Manggar, Balikpapan, binaan Pertamina Hulu Mahakam. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Ada 10 UMKM, 10 warung, serta dua pabrik tahu dan gula yang memanfaatkan gas methane dari TPA Sampah Manggar. Kebanyakan pengelola UMKM adalah ibu-ibu di sekitar lokasi TPA Sampah Manggar. Per tahun, omzet dari UMKM di sana mencapai Rp 52 juta.
“Saya bisa membantu pendapatan suami yang bekerja sebagai operator landfill di TPA Manggar,” kata Nirmala, 38 tahun, yang juga anggota kelompok UMKM di TPA Sampah Manggar.
Energi Mandiri dari TPA Sampah Manggar
TPA Sampah Manggar memiliki luas lahan 49 hektar yang terbagi dalam 7 zona landfill. Saat ini, landfill yang masih aktif adalah zona 6. Sementara zona 1-5 sudah penuh dan zona 7 merupakan lahan cadangan yang disiapkan ketika zona 6 sudah tak bisa menampung sampah lagi.
ADVERTISEMENT
Volume sampah yang datang ke TPA Manggar setiap harinya mencapai 480 ton atau 172.500 ton per tahun. Adapun jumlah produksi gas methane yang dimanfaatkan sebanyak 583.000 meter kubik per tahun, yang didistribusikan untuk 307 warga dari 4 RT di kelurahan Manggar.
Pemanfaatan Gas Methane di TPA Sampah Manggar, Balikpapan, binaan Pertamina Hulu Mahakam. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Lurah Manggar, Dedy Prasetya, mengatakan keberadaan TPA Sampah Manggar dulunya ditolak oleh warga sekitar. Namun seiring berjalannya waktu dan banyak inovasi yang dilakukan, akhirnya warga malah bisa merasakan manfaat dari keberadaan TPA Sampah tersebut.
“Banyak warga yang akhirnya senang karena tidak perlu lagi repot kalau harga gas LPG naik. Jika di daerah sekarang ribut soal inflasi, hal itu tidak terjadi di Manggar karena ibu-ibu bisa masak sepuasnya dengan hanya membayar iuran Rp 10 ribu per bulan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelopor gerakan energi terbarukan di Kelurahan Manggar adalah Suyono. Dia adalah warga yang tinggal di sekitar TPA Sampah Manggar. Berangkat dari keprihatinannya dengan kondisi lingkungan saat TPA Manggar mulai beroperasi pada 2002, dia mengajak warga lainnya untuk memanfaatkan keberadaan TPA Sampah.
Suyono mengatakan, TPAS Manggar saat itu masih menjadi momok bagi warga karena pencemaran udara (bau busuk terutama saat hujan) dan pencemaran bau gas metana yang timbul dari timbunan sampah di TPA yang belum dikelola optimal, sehingga membuat warga enggan tinggal di sekitar kawasan TPAS Manggar.
Pemanfaatan Gas Methane di TPA Sampah Manggar, Balikpapan, binaan Pertamina Hulu Mahakam. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Menurut Suyono, pemanfaatan gas methane di TPA Sampah Manggar sebenarnya pernah dilakukan pada 2011. Namun penyalurannya terhambat. Kemudian pada 2018 datang bantuan dari Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dengan program WASTECO (Waste Energy for Community).
ADVERTISEMENT
“Kami diberikan pendampingan bagaimana mengelola sampah menjadi sumber gas methane yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Hasilnya seperti saat ini, warga sekitar bisa merasakan manfaatnya,” kata Suyono.
Pembangunan sumber gas methane di landfill terus dikembangkan. Jaringan pipa distribusi gas methane dibangun. Saat ini, panjang jaringan pipa mencapai 7.640 meter untuk mendistribusikan gas methane ke 307 rumah warga.
Tak hanya itu, tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan di wilayah TPA Sampah Manggar juga bersumber dari gas methane. Dengan keberadaan gas methane tersebut, biaya penghematan untuk memasak keluarga di empat RT di sekitar TPA Sampah Manggar mencapai Rp 255,6 juta per tahun.
General Manager PHM, Krisna, menjelaskan Wasteco adalah salah satu program unggulan PHM yang bertujuan untuk memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Metode yang digunakan dalam program Wasteco ini adalah sistem penangkapan dan pendistribusian gas methane dari TPAS Manggar ke Masyarakat berbasis penerapan sederhana teknis industri hulu migas.
Pemanfaatan Gas Methane di TPA Sampah Manggar, Balikpapan, binaan Pertamina Hulu Mahakam. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Keunikan dari program Wasteco ini, antara lain kolaborasi antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat serta pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (Gas Methane) sebanyak 583.000 m3/tahun produksi gas methane yang didistribusikan ke masyarakat sebagai pengganti gas elpiji untuk memasak. Dengan jumlah sebanyak ini, PHM berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 288.499 ton CO2 eq/tahun.
ADVERTISEMENT
“Dengan adanya program Wasteco ini, PHM mampu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul antara lain mengurangi dampak keberadaan TPAS, membuka peluang kerja bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dengan pengurangan biaya operasional di dapur, dan memunculkan pelaku usaha baru dan kegiatan masyarakat semakin positif,” katanya.