Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ekonomi Jepang Loyo, Gaji Pegawai Toyota dan Panasonic Naik Tipis
13 Maret 2019 13:04 WIB
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
ADVERTISEMENT
Mengantisipasi perekonomian Jepang yang loyo, perusahaan-perusahaan besar di negara itu seperti Toyota dan Panasonic, menjanjikan kenaikan gaji lebih rendah bagi pegawainya. Hari-hari ini, para pengusaha Jepang sedang merundingkan angka kenaikan gaji tahunan, dengan perwakilan serikat pekerja.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Toyota Motor Corp yang merupakan industri mobil terbesar di negara itu, menawarkan kenaikan gaji untuk tahun 2019 ini sebesar 10.700 yen atau hanya sekitar Rp 1,4 juta. Angka itu turun 1.000 yen dari kenaikan gaji tahun lalu.
Demikian juga raksasa elektronik Jepang, Panasonic yang hanya menawarkan kenaikan gaji pokok 1.000 yen atau sekitar Rp 128.000, turun sekitar 500 yen dibandingkan kenaikan gaji tahun sebelumnya.
Survei sebuah lembaga kajian, Institute of Labour Administration, mengungkapkan pertumbuhan upah di Jepang akan melambat jadi hanya 2,15 persen saja pada tahun ini. Angka itu turun dari tahun 2015 yang merupakan angka kenaikan gaji tertinggi dalam 17 tahun, yakni sebesar 2,38 persen.
Survei Reuters juga menunjukkan, 51 persen perusahaan-perusahaan yang menjadi responden, hanya akan mengganjar kenaikan gaji pegawainya tahun ini antara 1,5-2 persen. Turun dari tahun 2018 yang sebesar 2,26 persen.
Perusahaan-perusahaan Jepang baru memberikan kenaikan gaji bagi pegawainya secara berturut-turut, dalam enam tahun terakhir. Sebelumnya, kondisi ekonomi yang buruk membuat para pegawai di Jepang tak menerima kenaikan gaji.
ADVERTISEMENT
Menurunnya angka kenaikan gaji ini, dipengaruhi prospek ekonomi Negara Matahari Terbit itu yang memburuk. Sebanyak 28 dari 38 ekonom yang disurvei mengungkapkan, risiko resesi di Jepang meningkat di 2019 ini.
Hal tersebut karena Jepang tertekan perlambatan ekonomi global. Selain itu, perang dagang Amerika Serikat dengan China, juga berdampak buruk bagi industri di Jepang.
Survei tersebut dilakukan Reuters pada 9-18 Januari 2019 lalu. Kondisi ini menyulitkan rencana Perdana Menteri Sinsho Abe, yang akan menaikkan pajak penjualan dari 8 persen menjadi 10 persen.