Ekonomi Palestina Hancur karena Israel, Lebih Parah dari Perang Suriah & Ukraina

15 November 2023 14:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza 12 November 2023. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza 12 November 2023. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
ADVERTISEMENT
Sudah lebih dari sebulan Israel menyerang Palestina. Jalur Gaza dihancurkan, merenggut setidaknya lebih dari 10 ribu orang termasuk anak-anak dan wanita. Ekonomi negara pun porak poranda, lebih parah dari perang saudara Suriah dan Ukraina versus Rusia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Program Pembangunan PBB dan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA), selama sebulan terakhir, kemiskinan Palestina meningkat 20 persen dan Produk Domestik Bruto (PDB) menurun sebesar 4,2 persen.
"Tingkat dampak ekonominya melebihi konflik Suriah dan Ukraina, atau perang Israel-Palestina sebelumnya," tulis laporan tersebut dikutip dari Aljazeera, Rabu (15/11).
Serangan Israel juga membuat 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka. Bahkan, setidaknya 182 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.250 orang terluka ketika kekerasan menyebar di Tepi Barat, daerah di Palestina yang dikuasai Partai Fatah.
Bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur setelah dikeluarkan dari inkubator di rumah sakit Al Shifa Gaza setelah listrik padam pada Minggu (12/11/2023). Foto: Reuters

Makin Terpuruk Jika Perang Berlanjut

Jika perang terus berlanjut hingga bulan kedua, ekonomi Palestina makin terpuruk. PBB memproyeksikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Palestina yang sebelumnya USD 20,4 miliar per tahun atau setara Rp 316,48 triliun (kurs Rp 15.514 per dolar AS), akan turun USD 1,7 miliar atau 8,4 persen. Perekonomian Palestina kemungkinan akan menyusut sebesar 12 persen dengan kerugian sebesar USD 2,5 miliar di akhir tahun ini. Nilainya setara Rp 38,78 triliun.
ADVERTISEMENT
"Hilangnya PDB sebesar 12 persen pada akhir tahun ini jadi masalah besar buat Palestina dan belum pernah terjadi sebelumnya," kata Asisten Sekretaris Jenderal Program Pembangunan PBB Abdallah al-Dardari.
Suasana kehancuran kawasan Palestina yang terlihat dari perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan pada tnagal (12/11/2023). Foto: Fadel Senna/AFP
Ambruknya ekonomi Palestina karena yang diserang Israel lebih parah dibandingkan negara lain yang juga mengalami perang. Sebagai perbandingan, ekonomi Suriah biasanya kehilangan 1 persen PDB-nya per bulan saat ada konflik di negaranya.
Contoh lain, Ukraina yang saat ini perang dengan Rusia, PDB-nya anjlok 30 persen dalam setengah tahun atau rata-rata sekitar 1,6 persen sebulan.

Orang Miskin Bertambah

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif ESCWA PBB Rola Dashti mengatakan pada awal tahun 2023, wilayah Palestina yaitu Tepi Barat dan Gaza juga masuk dalam negara dengan perekonomian berpendapatan menengah ke bawah dengan tingkat kemiskinan USD 6 per hari per orang.
ADVERTISEMENT
Pada awal tahun ini, tingkat pengangguran di Gaza sudah tinggi, sekitar 46 persen atau 3,5 kali lipat lebih parah dibandingkan di Tepi Barat yang mencapai 13 persen.
Agresi militer Israel ke warga Palestina selama sebulan terakhir menghancurkan sekitar 390.000 pekerjaan. Jika perang berlanjut, PBB memprediksi sebanyak 660 ribu orang akan masuk ke lubang kemiskinan.
“Saat perang mencapai satu bulan, 61 persen lapangan kerja di Gaza, setara dengan 182.000 pekerjaan, diperkirakan telah hilang,” katanya.
Seorang pria Palestina yang menggendong seorang anak melarikan diri dari Gaza utara saat mereka bergerak ke selatan, Minggu (12/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Sekitar 24 persen lapangan kerja di Tepi Barat juga hilang. Angka ini setara dengan 208.000 lapangan kerja. Dashti menyebut tingkat kehancuran di Gaza “tidak terbayangkan dan belum pernah terjadi sebelumnya”.
“Hingga 3 November diperkirakan 35.000 unit rumah rusak total dan sekitar 220.000 unit rusak sebagian,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Laporan tersebut menyebutkan setidaknya 45 persen unit perumahan di Gaza telah hancur atau rusak. Jika hal ini terus berlanjut, mayoritas penduduk Gaza tidak akan memiliki rumah, dan bahkan jika pertempuran berakhir sekarang akan terjadi pengungsian besar-besaran dalam jangka panjang, “dengan segala konsekuensi pembangunan ekonomi kemanusiaan dan keamanannya,” kata al-Dardari.
Citra satelit menunjukkan di wilayah utara Gaza dan Kota Gaza, lebih dari 36 persen rumah kaca hancur atau rusak, dan lebih dari 1.000 lahan pertanian rusak, kata laporan itu.