Ekonomi RI Akhir Tahun Ini Diprediksi Tumbuh Melambat

13 Desember 2022 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Sejumlah ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun ini akan berakhir lebih lemah dari kuartal III. Pelemahan tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain kinerja beberapa sektor yang turun, daya beli global yang semakin tergerus,, serta serapan belanja pemerintah yang tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan faktor yang menyebabkan penurunan kinerja beberapa sektor di Indonesia, terutama industri manufaktur. Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV akan melemah, meski masih pada kisaran 5 persen.
“Cek saja Purchasing Managers Index (PMI) industri manufaktur, itu turun dari Oktober yang 51,8 poin, sekarang di 50,3 poin. Namun, penting diingat penurunan pertumbuhan ekonomi kita turun pun masih di kisaran 5 persen,” kata Teuku Riefky ketika dihubungi kumparan, Selasa (13/12).
Terpisah, Ekonom INDEF Eko Listiyanto mengatakan kuartal IV ekonomi Indonesia dapat jatuh ke angka 4 persen. Eko pesimis target pemerintah tingkat pertumbuhan ekonomi di 5,2 persen pada 2022 dapat tercapai, terutama karena daya beli global yang terus turun.
ADVERTISEMENT
“Saat ini memang (pertumbuhan ekonomi RI) di 5,72, ini menurut saya tidak akan di situ terus karena daya beli global terus tergerus. Lihat saja orang-orang menengah ke bawah, belanjanya semakin sedikit dan indeks konsumen sampai turun. Saya rasa (tingkat pertumbuhan ekonomi) di kisaran 4,95 sampai 5 persen, sudah konsekuensi tahunan,” tutur Eko kepada kumparan, Selasa (13/12).
Senada, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga menyebut tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan di angka 4 persen, terutama karena serapan belanja yang belum maksimal. Namun, menurutnya, serapan belanja pemerintah memang sengaja tidak dilakukan 100 persen agar terdapat cadangan anggaran jika terjadi faktor tak terduga seperti perang Rusia-Ukraina atau pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Kuartal III lebih kecil (pertumbuhan ekonomi), mungkin di 4,8 persen. Serapan belanja pemerintah terlalu rendah, hanya 90 persen. Tapi target pendapatan pajak lebih dari 100 persen, berarti pemerintah lebih banyak memungut daripada belanja. Karena inginnya kuartal terakhir serapan pusat lebih banyak, tapi malah diparkir,” kata Bhima ketika diwawancarai kumparan, Selasa (13/12).