Ekonomi RI Tumbuh 5,44 Persen, Sri Mulyani: Kita Memberi Subsidi Banyak

5 Agustus 2022 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri forum Side Event B20. Foto: Dok. B20
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri forum Side Event B20. Foto: Dok. B20
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berbicara mengenai pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2022 tumbuh 5,44 persen. Menurut dia, ekonomi masih di taraf yang baik, terutama dengan tingkat inflasi yang relatif stabil.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menjelaskan, sudah semakin banyak negara mengalami lonjakan inflasi, terutama Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Hal ini lantaran kondisi suplai pulih lebih lambat daripada permintaan usai pandemi COVID-19.
"Indonesia relatif in a good position, demand dan suplai tetap terjaga, inflasi memang tertahan karena kita memberi subsidi banyak," katanya saat Soft Launching Buku: Keeping Indonesia Safe from COVID 19 Pandemic, Jumat (5/8).
Menkeu melanjutkan, pencapaian ini juga didukung oleh melonjaknya kinerja ekspor dan konsumsi masyarakat, ditambah dengan kesiapan sisi suplai yang sudah mulai responsif, Indonesia bisa mendapatkan pertumbuhan 5,44 persen dengan inflasi relatif stabil.
"Di negara lain barangkali inflasi sudah sangat tinggi sementara recovery suppy side belum terlalu besar, sehingga growth-nya juga belum tinggi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT

Tantangan Ekonomi ke Depan

Sri Mulyani mengingatkan tantangan ekonomi ke depan masih sangat besar. Tantangan pertama datang dari segala kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan negara maju, contohnya bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dengan kenaikan suku bunga yang agresif.
"The Fed menaikan suku bunga dengan sangat agresif itu sepeti orang menggunakan antibiotik spektrum tinggi dan luas, karena ini sudah menggunakan suatu instrumen atau policy yang sangat powerful. Nanti kita lihat siapa yang kena antibiotik duluan, apakah penyakitnya yaitu inflasi atau growth-nya," jelas Menkeu.
Tantangan kedua, yang lebih sulit diprediksi, adalah konflik geopolitik. Sri Mulyani berkata, tidak hanya memantau konflik di Ukraina, tapi sudah saatnya Indonesia mewaspadai konflik antara China dan Taiwan.
ADVERTISEMENT
"Kalau sebelumnya kita fokus ke Ukraina, sekarang dekat-dekat kita yaitu Taiwan. Kita berharap tidak akan berkembang, tapi itu nobody can't, baca semua teori analisa politik yang ada 1001 versi, so you never know whats going happened," tegasnya.
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Lanjut Menkeu, tantangan keempat adalah perubahan iklim yang sudah mulai terjadi tanda-tandanya seperti kekeringan, kelaparan di negara-negara Afrika, dan kebakaran hutan. Tantangan kelima adalah perkembangan teknologi digital.
"Munculnya digtial currency, cryptocurrency, so basically sebagai suatu negara yang open Indonesia relatif mid size kita harus sangat aware terhadap kemungkiann dinamika yang terjadi setiap saat yang akan berikan dampak ke kita," ujarnya.
Sehingga, dia meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai pengampu kebijakan fiskal agar bersiap selalu dengan berbagai macam kemungkinan, serta bisa belajar dari berbagai fenomena yang sedang atau akan terjadi.
ADVERTISEMENT