Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ekspor Batu Bara dan Sawit RI Terancam karena Perang India-Pakistan
11 Mei 2025 8:10 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
India merupakan salah satu pengimpor batu bara terbesar dari Indonesia. Adanya situasi perang membuat anggaran India ke depan bisa hanya terfokus pada perang sehingga terdapat pengaruh pada pembelian batu bara dari Indonesia.
"Perang India dan Pakistan, yang tentunya akan menyedot anggaran pemerintah India bila perang berlanjut ke depan dan agak lama, punya pengaruh pembelian batu bara, termasuk pembelian dari Indonesia," kata Ketua Indonesian Mining Institute, Irwandy Arif, kepada kumparan dikutip Minggu (11/5).
Irwandy menjelaskan jika konflik tersebut berkepanjangan maka permintaan India akan batu bara dari Indonesia bisa turun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor batu bara Indonesia ke India mencapai 25,5 juta ton sepanjang kuartal I 2025.
Pada realisasi ekspor batu bara sepanjang tahun 2024, India menempati posisi pertama negara tujuan ekspor batu bara Indonesia dengan volume 108 juta ton. Selain India, Pakistan juga merupakan pengimpor batu bara asal Indonesia meski volumenya tak sebanyak India.
"Pakistan sepertinya impor batu baranya tidak besar dari Indonesia. Ekspor ke Pakistan melalui importir terbesar di Pakistan hanya 600 ribu ton, belum dapat data dari importir lainnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ekspor CPO Juga Terganggu
Selain batu bara, ekspor minyak kelapa sawit Indonesia juga dapat berpengaruh. Hal ini India dan Pakistan memiliki porsi impor minyak kelapa sawit yang cukup besar dari Indonesia.
Untuk tahun 2024, India tercatat mengimpor minyak kelapa sawit sebanyak 5 juta ton per tahun dari Indonesia dan ke Pakistan sekitar 3 juta ton per tahun.
"Kita berharap tidak berlangsung lama karena ini akan berpengaruh terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke kedua negara tersebut," ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono.
Eddy bilang selain Indonesia, negara-negara penghasil minyak nabati ke India dan Pakistan lainnya juga akan mendapati imbas dari konflik. Merespons situasi ini, GAPKI melirik Mesir sebagai salah satu pasar lain.
ADVERTISEMENT
"Diversifikasi pasar terus dilakukan bukan karena adanya perang ini atau adanya tarif Trump. Contoh, akhir Mei ini rencana bersama Kemenlu ke Mesir, ini salah satu kegiatan untuk diversifikasi pasar," kata Eddy.
Selama ini ekspor minyak sawit Indonesia ke Mesir baru ada di angka 840 ribu ton sehingga masih berpotensi untuk terus bertambah karena Mesir juga merupakan negara potensial untuk hub ekspor ke negara-negara sekitarnya.