Ekspor Dinilai Bisa Jadi Bantalan RI Hadapi Krisis Perbankan Global 2023

28 Maret 2023 11:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Truk peti kemas melintas di kawasan IPC Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Truk peti kemas melintas di kawasan IPC Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Sejumlah perbankan global mengalami krisis likuiditas di tahun ini akibat kepanikan pasar. Mulai dari Silicon Valley Bank, Credit Suisse, hingga Deutsche Bank.
ADVERTISEMENT
Pengamat Ekonomi sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, menjelaskan bahwa krisis perbankan global tak akan banyak berdampak ke sektor keuangan maupun ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Ia pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi RI akan tetap tumbuh di atas 5 persen tahun ini.
"Kita sebetulnya off side situasinya, memang mengalami tekanan, tapi ekonomi kita tetap resilience di 2023 ini di atas 5 persen. Kalau pun ada koreksi, akan sedikit," ujar pria yang akrab disapa Pras, Selasa (28/3).
Dia melanjutkan, keuntungan Indonesia dari meningkatkan harga komoditas di tahun lalu masih akan terasa di tahun ini, meskipun jumlahnya mulai menurun. Hal ini karena harga komoditas yang mulai kembali normal.
Pras juga memproyeksi, dari sisi fiskal masih memiliki ruang yang cukup untuk melakukan stimulus untuk mendorong perekonomian. Apalagi, kinerja ekspor juga mencatatkan pertumbuhan selama 33 bulan beruntun.
ADVERTISEMENT
Pada Februari 2023, ekspor Indonesia mencapai USD 21,39 miliar, meningkat dari periode yang sama tahun lalu USD 20,47 miliar. Namun nilai ekspor bulan lalu menurun dibandingkan Januari 2023 yang mencapai USD 22,32 miliar.
"Dalam jangka pendek, mitigasi kinerja ekspor akan menjadi bagian dari mitigasi risiko resesi global. Sementara dalam jangka panjang, pengembangan ekspor menjadi kunci menjadi negara maju dan negara dengan penghasilan tinggi," jelasnya.
Meski demikian, Pras mengakui masih ada sejumlah tantangan bagi ekspor Indonesia. Utamanya adalah masih mengandalkan komoditas atau bahan baku mentah. Padahal sejumlah negara di Asia, sudah melakukan diversifikasi produk ekspor.
"Karena semakin kompleks produk ekspornya, akan semakin baik ekonominya. Kita berbasis komoditas, paling banyak batu bara, palm oil, rubber, gold," jelas dia.
ADVERTISEMENT