Ekspor Masih Didominasi Bahan Baku, Kemenperin Kebut Hilirisasi Rumput Laut

11 Juni 2025 14:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Pekerja memanen rumput laut jenis Glacilaria Sp di areal tambak desa Brondong, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Foto: Dedhez Anggara/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memanen rumput laut jenis Glacilaria Sp di areal tambak desa Brondong, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Foto: Dedhez Anggara/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa ekspor hasil industri rumput laut dalam negeri hingga kini masih didominasi oleh produk berbentuk bahan baku seperti rumput laut kering dan semi alkali, yang dinilai belum memberikan nilai tambah optimal.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengakui komoditas rumput laut mengatakan saat ini tengah mendorong upaya hilirisasi rumput laut agar ekspor tidak hanya terbatas pada bahan baku, melainkan juga mencakup produk olahan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
“Maka kita (melakukan) hilirisasi arahnya bagaimana kita masuk ke arah (pengolahan) keragenan, agar, jadi untuk hidrokoloidnya lah,” ucap saat ditemui usai acara Siemens Tech Summit 2025, Jakarta Selatan, Rabu (11/6).
Lebih lanjut, Putu menambahkan bahwa diversifikasi juga diarahkan pada pengembangan produk turunan seperti biostimulan dan plastik berbahan dasar rumput laut untuk sektor-sektor bernilai tambah.
Terkait investasi dalam sektor industri rumput laut, Putu menjelaskan bahwa potensinya sangat terlihat.
Ia menyinggung data Kemenperin dari tahun 2022 hingga 2024, di mana investasi untuk industri agro sendiri sudah mencapai Rp 200 triliun lebih.
ADVERTISEMENT
“Ya ke depannya nanti kita cek lah. (Investasi industri agro) jadi naik terus,” ucapnya.
Putu menjelaskan bahwa dampak investasi di sektor agro mulai terasa semakin besar, meskipun terdapat jeda waktu antara realisasi investasi dan hasil produksi.
“Sehingga ke depannya (industri) agro itu saya berkeyakinan akan sangat bagus sekali,” tutur Putu.
Sebelumnya, Kemenperin membeberkan ada pangsa pasar yang besar untuk produk turunan rumput laut, yang bisa dimanfaatkan Indonesia senilai USD 11,8 miliar atau setara dengan Rp 191,93 triliun (kurs Rp 16.265) pada 2030 mendatang.
Putu menuturkan, hal tersebut berdasarkan data dari The Global Seaweed dalam riset New and Emerging Market Report pada 2023.
Adapun produk-produk turunan rumput laut tersebut bisa meliputi biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil. Menurut Putu, langkah hilirisasi akan menjadi jalan untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut.
ADVERTISEMENT