Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Emisi Karbon dari Private Jet 10 Kali Lebih Besar dari Pesawat Komersial
27 Agustus 2024 15:42 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Penggunaan private jet sebagai moda transportasi penerbangan sedang menjadi perbincangan di masyarakat beberapa hari ini. Penggunaan private jet tersebut ternyata menghasilkan emisi karbon yang besar. Bahkan, lebih besar dari pesawat komersil.
ADVERTISEMENT
Laporan tahun 2021 dari lembaga publik Transport and Environment berjudul "Private Jets: Can The Super Rich Super Change Zero Emission Aviation?," menyebtukan betapa jet pribadi berkontribusi secara tidak proporsional terhadap kerusakan lingkungan dibandingkan dengan pesawat komersial.
Publikasi itu semakin relevan di Indonesia, terutama ketika pemerintah telah berkomitmen untuk menekan emisi karbon atau net zero emision pada tahun 2060.
Masih berdasarkan publikasi yang sama, menyebutkan hanya 1 persen populasi dunia yang bertanggung jawab atas 50 persen emisi dari sektor penerbangan global.
Kelompok kecil ini terdiri dari mereka yang secara rutin menggunakan jet pribadi untuk perjalanan pendek, sebuah kebiasaan yang menghasilkan emisi karbon yang sangat tinggi.
Emisi CO2 dari jet pribadi melonjak 31 persen antara 2005 dan 2019 di Eropa. Kenaikan emisi tersebut jauh lebih cepat dibandingkan dengan penerbangan komersial.
ADVERTISEMENT
Jet pribadi, menurut laporan ini, memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih besar per penumpang dibandingkan pesawat komersial.
Dalam satu jam penerbangan, jet pribadi dapat menghasilkan dua ton CO2, sementara rata-rata warga Uni Eropa hanya mengeluarkan 8,2 ton CO2 per tahun.
Dengan kata lain, satu jam penerbangan jet pribadi dapat menyamai emisi karbon yang dihasilkan seseorang dalam hampir tiga bulan hidup mereka di Eropa.
Isu mengenai private jet kini kembali disorot. Putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dan istrinya, Erina Gudono, diduga menggunakan private jet Gulfstream G650ER dengan nomor terbang N588SE pada 18 Agustus 2024 lalu ke Amerika Serikat.
Pengamat Penerbangan, Alvin Lie, menjelaskan meskipun jet pribadi memiliki mesin yang lebih kecil, emisi gas buangnya tetap lebih tinggi jika dihitung per penumpang.
ADVERTISEMENT
“Ibarat kita naik bus dan mobil. Tentu emisi gas buang per penumpangnya lebih tinggi,” ujarnya.
Dengan kata lain, meskipun total emisi gas buang jet pribadi mungkin lebih kecil dibandingkan pesawat komersial, tetapi ketika dihitung berdasarkan jumlah penumpang, dampaknya jauh lebih besar.
Untuk mengurangi dampak lingkungan dari jet pribadi, laporan Transport and Environment mengusulkan beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah dan pembuat kebijakan.
Salah satunya adalah dengan memastikan bahwa sektor ini membayar harga karbon yang lebih adil, baik melalui pajak minyak tanah maupun melalui pasar karbon seperti Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa (EU ETS).
Saat ini, sebagian besar jet pribadi tidak dikenai pajak atau berada di bawah ambang batas untuk dimasukkan ke dalam skema EU ETS. Padahal, menurut laporan ini, jet pribadi 5 hingga 14 kali lebih berpolusi dibandingkan pesawat komersial per penumpang, dan 50 kali lebih berpolusi dibandingkan kereta api.
ADVERTISEMENT
Di Eropa, sebagian besar jet pribadi juga dibebaskan dari pajak minyak tanah, termasuk untuk penerbangan domestik. Swiss menjadi salah satu dari sedikit negara yang baru-baru ini memberlakukan pajak untuk penerbangan tersebut.
Di Prancis, proposal telah diajukan untuk mengenakan pajak sebesar €360 untuk penerbangan pribadi di bawah 2.000 km dan €1.200 untuk penerbangan yang lebih jauh. Pendapatan dari pajak ini bisa digunakan untuk mensubsidi bahan bakar dan teknologi rendah karbon, yang akan membantu mendekarbonisasi sektor penerbangan secara keseluruhan.