Emiten Bidang Survei (ATLA) Bidik Pendapatan Tumbuh 20 Persen di 2024

16 April 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk menjadi perusahaan tercatat ke-21 di BEI tahun 2024, pada perdagangan Selasa (16/4/2024) Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk menjadi perusahaan tercatat ke-21 di BEI tahun 2024, pada perdagangan Selasa (16/4/2024) Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Emiten penyedia survei dan layanan untuk perusahaan energi, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20 persen pada tahun 2024, dibandingkan total pendapatan tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama ATLA, Yophi Kurniawan Iswanto enggan merinci pendapatan ATLA di tahun 2023 karena masih dalam proses audit internal. Per September 2023, ATLA membukukan pendapatan senilai Rp 30,75 miliar atau turun 26,59 persen yoy.
“Kami biasanya mencatatkan pertumbuhan di tahun 2024 bisa tumbuh 20 persen dari tahun 2023. Belum bisa disampaikan (pendapatan 2023) karena proses audit internal, April masih berjalan,” ujar Yophi usai pencatatan saham ATLA di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/4).
Yophi menyampaikan prospek industri survei sangat besar di 2024, karena survei dibutuhkan dalam setiap kegiatan penunjang eksplorasi minyak dan gas (migas). Tidak hanya migas di laut, ATLA akan ekspansi bisnis survei infrastruktur di darat.
“Jadi tidak hanya di laut. Pada awal berdiri fokusnya di laut, karena laut adalah pekerjaan yang membutuhkan standar yang paling tinggi dan paling susah,” katanya.
PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) dan PT Multi Hanna Kreasindo TBK (MHKI) tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/4/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Bila dibandingkan secara rasio, ATLA memiliki 80 persen proyek di laut dan 20 persen di darat. Mayoritas proyek berada di perairan domestik, sedangkan proyek di perairan internasional seperti di Laut Myanmar dan di Laut Thailand.
ADVERTISEMENT
“Kita sudah mengamankan beberapa proyek, beberapa kontrak. Kalau enggak salah ada sekitar 5-6 proyek,” terang Yophi.
Perseroan akan menerima dana dari penawaran umum perdana (initial public offering) atau IPO saham sebesar Rp 120 miliar. Dana yang diraup perseroan dari IPO setelah dikurangi dengan biaya emisi, sekitar 43,52 persen akan digunakan untuk pembelian peralatan guna menunjang kegiatan operasional perseroan. Sisanya akan digunakan untuk modal kerja.
Dana IPO juga digunakan untuk menambah peralatan perseroan untuk menunjang proyek yang selama ini sebagian besar masih disewa dari pihak ketiga. Perseroan memiliki mitra pelanggan seperti PT Timas Suplindo, PT Meindo Elang Indah, Timas Sapura Offshore JV dan PT Timas Samudera Indonesia.