Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Emiten Komponen Otomotif (DRMA) Siapkan Strategi Tarif PPN 12 Persen di 2025
14 November 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Bahwa untuk memproduksi komponen otomotif itu bukan juga yang monopoli, kita ada persaingan, kompetitor, kita lakukan agar tetap kompetitif. Bagaimana kita bisa menaikkan efisiensi internal, menaikkan produktivitas kita, mengurangi fixed cost kita dan sebagainya," ujar Irianto dalam public expose secara virtual, Kamis (14/11).
Meski demikian, Irianto optimistis peluang bisnis di tahun depan. Apalagi, pemerintah mensyaratkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di kendaraan listrik yakni 60 persen pada 2024-2029 dan menjadi 80 persen setelah 2030.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, kondisi bisnis kendaraan listrik di Indonesia juga dinilai masih bertambah cerah, terlihat dari langkah Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartanto yang mengusulkan untuk melanjutkan beberapa insentif prioritas pada tahun 2025.
Salah satunya adalah insentif PPN 1 persen untuk mobil listrik. Jika direalisasi, usulan tersebut tentunya akan menambah daya dorong untuk pertumbuhan pasar kendaraan listrik di Indonesia di masa mendatang. Dalam hal ini, untuk bisa mendapatkan insentif tersebut, kendaraan listrik tersebut harus diproduksi langsung di Indonesia dengan persentase TKDN minimal 40 persen.
"Tentu saja, insentif PPN ini akan mendorong peningkatan TKDN pada kendaraan listrik yang beredar di Indonesia. Dan pada saat yang sama, insentif ini juga akan memacu pertumbuhan industri komponen lokal," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pada kuartal III 2024, DRMA membukukan penjualan Rp 4 triliun. Dalam situasi industri yang kurang bersahabat di tahun 2024 ini, perseroan bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan 20 persen (qtq), namun turun 5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Laba usaha tercatat sebesar Rp 548 miliar per September 2024, naik 65 persen (qtq), namun turun 20 persen (yoy). Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 412 miliar, meningkat 69 persen (qtq).