Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Emiten Rajin Bagi Dividen Jadi Pendorong IHSG Rebound ke Level 6.597
23 April 2025 11:02 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau mengawali perdagangan Rabu (23/4). IHSG dibuka naik 59,334 poin (0,91 persen) ke 6.597,600.
ADVERTISEMENT
Kenaikan IHSG ini menjadi tren positif semenjak terpuruk beberapa waktu lalu yang menyentuh level 5.900.
Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menyebut alasan utama IHSG menyentuh level 6.597 karena meredupnya eskalasi tarif Trump ke sejumlah negara, utamanya perang tarif AS dan China.
"Jadi kalau saya liat sentimen utamanya dari domestik ya selain dari perkembangan global kalau kita lihat Donald trump sudah mulai agak melunak terkait statement dia mengenai tarif dengan China," ucap Gunarto kepada kumparan, Rabu (23/4).
Alasan dari domestik, Gunarto memandang giat emiten-emiten yang siap membagikan dividen mampu mengundang investor mulai berdatangan di pasar saham. Katanya, alasan itu lah yang jadi penyebab IHSG bangkit.
ADVERTISEMENT
"Dengan catatan kondisi global kita tidak bergejolak lagi ya terutama Trump ya memang hati-hati sih dengan perkembangan dari Amerika," lanjut dia.
Sentimen Trump Tolak Pecat Bos The Fed
Di samping itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus bilang, Presiden Donald Trump yang menyatakan tak berniat memecat Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell meski kecewa dengan lambatnya penurunan suku bunga oleh bank sentral jadi alasan IHSG menghijau per hari ini (23/4).
"Trump mulai tenang terhadap pemecatan dari Powell. Ini yang membuat pasar juga tetap menjaga kepercayaannya terhadap pasar dan The Fed," ujar Nico kepada kumparan, Rabu (23/4).
Nico meyakini pasar saham Indonesia akan stabil dalam jangka panjang, jika situasi global bisa menjawab seberapa lama perang tarif AS akan terjadi, dan seberapa besar eskalasi perang tarif bakal terjadi.
ADVERTISEMENT
"Keberpihakan akan mulai terjadi. Negara negara akan mulai memilih pihak mana yang akan diajak untuk berkolaborasi. Tiongkok atau Amerika," imbuh Nico.