Empat Cara Tingkatkan Bauran Energi Bersih Agar NZE 2060 Tercapai

20 Agustus 2024 16:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas menggunakan kendaraan roda dua di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (23/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas menggunakan kendaraan roda dua di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (23/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) membeberkan ada empat pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh Indonesia agar dapat mengejar target Net Zero Emission (NZE) 2060.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua MKI Andri Doni menuturkan sejak pemerintah membidik target NZE 2060, paradigma pembangunan di sektor ketenagalistrikan berubah, dari tadinya peningkatan rasio elektrifikasi menjadi peningkatan porsi bauran energi bersih.
“Paradigma pembangunan itu berubah, yang tadinya bagaimana menyuplai listrik andal. Kalau sekarang mempertimbangkan bagaimana kita meningkatkan porsi renewable energi. Ada empat cara yang harus dilakukan di sektor ketenagalistrikan,” kata Andri dalam konferensi pers Indonesia Energy & Engineering (IEE) Series 2024 di Senayan, Jakarta, Selasa (20/8).
Cara pertama adalah dengan membangun pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). “Kalau kita lihat 60.000 MegaWatt (MW) yang akan dibangun sampai tahun 2060 itu 75 persen nya itu berasal dari energi baru terbarukan,” imbuh Andri.
ADVERTISEMENT
Lalu, Andri juga menyoroti permasalahan teknis untuk mengejar target NZE ini, sebab EBT menurut dia banyak berlokasi di luar Pulau Jawa. Sehingga, dibutuhkan akses distribusi EBT dari daerah di luar Jawa ke Jawa.
“Jadi program kedua selain renewable energi harus dibangun yang kita sebut grid super grid,” tambah Andri.
Andri kemudian membeberkan ada tiga agenda pembangunan super grid yang merupakan infrastruktur ketenagalistrikan hingga untuk mengejar target NZE Indonesia, 2060.
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pertama, pada 2029 akan dibangun super grid yang membentang dari Sumatera ke Jawa dengan panjang 1.200 km. Lalu pembangunan super grid yang membentang sepanjang 700 km dari Kalimantan ke Jawa pada 2032.
Terakhir, pembangunan super grid sepanjang 1.400 km dari Sumba, melewati Bali dan masuk ke Jawa dan akan dibangun 2040.
ADVERTISEMENT
“Yang ketiga itu smart grid, karena untuk mengakomodasi pembagian pembangkit energi kita mempunyai masalah teknis terutama masalah intermiten, salah satu mengatasi masalah intermiten ini adalah dengan memiliki smart grid di jaringan distribusinya, ini yang akan kita bangun,” jelas Andri.
Selain itu, perlu dibukanya opsi energi baru untuk membantu peningkatan bauran energi bersih ini, baik nuklir, hidrogen ataupun pemanfaatan carbon capture and storage.
“Yang keempat kita juga akan membuka peluang untuk membangun energi baru apakah di sini nuklir, hidrogen termasuk pemanfaatan carbon capture storage, untuk memanfaatkan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) kita yang lama dan lain sebagainya, itu juga dibuka kalau tidak salah sampai tahun 2060 hampir dulu 300 megawatt dari energi baru yang akan dibangun,” kata Andri.
ADVERTISEMENT