Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Erdogan Bantah Turki Alami Krisis Keuangan
13 Agustus 2018 9:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Turki Tayyip Erdogan membantah negaranya berada dalam krisis keuangan. Dia menganggap anjloknya nilai tukar lira terhadap dolar AS hanya sebagai fluktuasi yang tak ada hubungannya dengan fundamental ekonomi.
ADVERTISEMENT
Mata uang lira Turki melemah 18 persen secara bulanan (mtm) terhadap dolar AS dan berada di titik terendah sejak 2001, setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan kebijakan menggandakan tarif impor produk baja dan aluminium asal Turki.
Erdogan menggambarkan kondisi itu sebagai rudal perang ekonomi yang dilancarkan Negeri Paman Sam terhadap Turki. Dia mengungkapkan pihak-pihak yang telah gagal melawan Turki dan berusaha melakukan kudeta pada Juli 2016, kini mencoba kembali menyerang melalui ekonomi.
"Mereka yang tidak bisa bersaing dengan kami di arena pertarungan telah membawa skenario kurs fiktif online yang tak ada hubungannya dengan kondisi riil Turki, produksi dan ekonomi riil. Negara ini tidak runtuh, tidak hancur atau bangkrut karena krisis," kata Erdogan seperti dilansir Reuters, Senin (13/8).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, solusi dari skenario pelemahan mata uang adalah dengan meningkatkan produksi dan membatasi suku bunga acuan. Tak hanya itu, Erdogan juga meminta masyarakat Turki untuk menjual dolar dan menyimpan euro untuk menopang lira.
"Jika ada dolar AS di bawah bantal, keluarkan semuanya, segera berikan ke bank dan tukar dengan Lira. Dengan melakukan ini, kita melawan untuk kemerdekaan dan masa depan," katanya.
Sepanjang tahun ini, lira Turki melemah hingga 40 persen terhadap dolar AS, sebagian besar dipicu kekhawatiran atas pengaruh Erdogan dalam ekonomi, seruan berulang terkait kebijakan suku bunga rendah dalam menghadapi inflasi tinggi, dan hubungan Turki yang memburuk dengan AS.
Kedua negara berselisih tentang berbagai isu, mulai dari berbagai kepentingan di Suriah, ambisi Turki membeli sistem pertahanan Rusia, dan kasus pendeta Evangelis Andrew Brunson yang diadili di Turki atas tuduhan terorisme.
ADVERTISEMENT