Erick Nego Utang Garuda yang Capai Rp 98 T karena Korupsi dan Sewa Pesawat

4 November 2021 17:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/11).  Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/11). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang lagi dinegosiasikan mencapai USD 7 miliar. Nilai utang ini setara Rp 98 triliun dengan kurs Rp 14.000 per USD.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut besarnya utang Garuda Indonesia yang tengah dinegosiasikan ke para lessor karena mahalnya biaya sewa pesawat. Belum lagi ada kasus korupsi di tubuh Garuda Indonesia.
"Upaya restrukturisasi terus berjalan. Negosiasi utang-utang Garuda yang mencapai USD 7 miliar karena leasing cost termahal yang mencapai 26 persen dan juga korupsi. Lagi dinegosiasikan dengan para lessor," kata Erick di Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis (4/11).
Meski demikian, Erick menegaskan tetap berusaha membuka opsi-opsi lain agar bisa membantu pemulihan di BUMN penerbangan itu. Salah satunya menggandeng maskapai internasional Emirates untuk memperkuat penerbangan domestik.
Penekanan itu disampaikan Erick usai menyaksikan penandatangan kerja sama antara Garuda Indonesia dengan Emirates di Dubai, UEA, Rabu (3/11). Perjanjian dalam bentuk "code sharing" tersebut menyatakan bahwa pelanggan Garuda tetap bisa menjelajahi rute internasional melalui maskapai Emirates.
ADVERTISEMENT

Garuda Rugi Rp 2,9 T Gara-gara Pesawat Bombardier CRJ-1000

Berdasarkan catatan kumparan, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pernah membeberkan kerugian yang timbul dari operasional 12 pesawat Bombardier CRJ-1000. Irfan menyebut angka kerugian sebesar USD 30 juta atau setara dengan Rp 426 miliar per tahun (kurs dolar Rp 14.200).
Pesawat Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
“Tidak dapat dipungkiri selama 7 tahun kami operasikan ini. Di setiap tahun itu secara rata-rata kami alami kerugian penggunaan pesawat CRJ ini lebih dari USD 30 juta per tahun,” ujar Irfan dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2).
Disebut sebagai kerugian karena ternyata armada Bombardier ini menurut Irfan tidak cocok untuk pasar Indonesia sehingga tidak memberikan keuntungan finansial. Sedangkan, perseroan harus membayar biaya sewa untuk 12 maskapai bombardier yang mencapai USD 27 juta per tahun. Bila ditotal, kerugian selama 7 tahun mencapai Rp 2,98 triliun.
ADVERTISEMENT

Kasus Korupsi di Garuda Indonesia Terkait Suap Emirsyah Satar

Sebelumnya, Erick juga sempat menyinggung soal kasus korupsi di Garuda Indonesia. Hal ini berkaitan dengan dugaan suap yang dilakukan mantan Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar pada 2011 dalam pengadaan pesawat CRJ 1000.
Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, menjalani sidang pemeriksaan saksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (13/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
"Kami mempertimbangkan tata kelola perusahaan yang baik, transparan, akuntabilitas, dan profesional, di mana melihat keputusan KPK dan Serious Fraud Office (SFO) Inggris terhadap indikasi pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda saat proses pengadaan pesawat CRJ 1000 tahun 2011 lalu. Jadi, poin-poin inilah yang menjadi landasan," ujar Erick.
Erick Thohir secara blak-blakan menjelaskan bahwa sejatinya jenis dan spesifikasi pesawat Bombardier CRJ 1000 juga tidak sesuai dengan market Indonesia. Hal ini mengakibatkan kinerja komersial yang tidak optimal.
ADVERTISEMENT