Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir bakal memboyong 12 perusahaan negara termasuk anak hingga cucunya untuk melantai perdana di bursa saham atau Initial Public Offering (IPO). Rencananya IPO dilakukan dalam kurun 1 hingga 3 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Pengamat Pasar Saham, Satrio Utomo mengatakan, investor lokal bisa bersiap-siap menyambut rencana IPO 12 BUMN yang menjadi tempat baru berinvestasi. Apalagi Erick ingin yang go public bukan perusahaan abal-abal, tapi punya fundamental dan bisnis berkelanjutan.
"Investor lokal pasti siap, yang penting sebenarnya ketika perusahaan IPO, (investor harus perhatikan) Price Earnings Ratio (PER) di 12-17 sebab perusahaan butuh dana banyak masuk. Sedangkan peak perusahaan setelah IPO biasanya PER 17-25," kata Satrio ketika dihubungi kumparan, Minggu (7/2).
Selain itu, Satrio juga mengingatkan agar jangan membeli saham dari BUMN yang akan IPO nanti menggunakan fasilitas margin karena bisa menyebabkan forced sell atau jual paksa dari sekuritas seperti kejadian bulan lalu.
Untuk diketahui, fasilitas margin adalah layanan yang diberikan sekuritas untuk belanja saham di atas modal yang dimiliki investor. Misalnya, investor hanya punya modal Rp 10 juta, tapi sekuritas menawarkan fasilitas margin sehingga bisa membeli saham hingga Rp 20 juta.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, fasilitas margin menjadi utang bagi investor yang harus dibayarkan ke sekuritas. Jika si investor tidak mampu membayarnya, maka sekuritas bisa menjual paksa saham-saham mereka.
"Kalau beli saham IPO dengan margin hanya untuk posisi trading, bukan untuk investasi. Jangan pas nyangkut ditahan, banyak yang kena forced sell seperti Januari kemarin," lanjut Satrio.
Selain investor lokal, investor asing pun bakal berburu saham-saham BUMN yang IPO. Menurut Satrio, dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat, sudah terlihat ada pembalikan arus modal global ke Asia termasuk Indonesia.
"Mulai November net buy (beli bersih) asing Rp 10 triliun, itu yang buat ini pembalikkan arus jangka panjang. Selama periode Trump net sell (jual bersih) kita sampai Rp 70 triliun. Nah ini pembalikan dari fund flow, (investor asing) butuh tempat baru," kata dia.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, menurutnya investor asing bakal melirik saham-saham BUMN yang akan IPO jika market cap yang ditargetkan besar, misalnya di atas Rp 1 triliun karena mengejar investasi jangka panjang.
Sebelumnya, Erick meyakinkan bahwa perusahaan yang disiapkan untuk go public merupakan perusahaan-perusahaan sehat yang mempunyai strategi jangka panjang. Menurut Erick, banyak BUMN saat ini dinilai ‘seksi’ karena memiliki roadmap atau strategi jangka panjang yang jelas dan menjanjikan dari segi bisnisnya.
Beberapa BUMN memiliki strategi jangka panjang untuk mengembangkan EV battery hingga teknologi digital untuk mendukung bisnis di masa depan. Tidak hanya soal strategi, Erick juga memastikan deretan BUMN yang antre masuk bursa ini juga akan memberikan layanan yang prima bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT