Erick Thohir: RI Harus Gasifikasi Batu Bara Biar Gas LPG Enggak Impor dan Mahal

15 Januari 2022 19:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN Erick Thohir dalam peluncuran Program Mentorship BUMN Muda, Rabu (25/8). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN Erick Thohir dalam peluncuran Program Mentorship BUMN Muda, Rabu (25/8). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan ada solusi untuk mengurangi harga gas LPG yang saat ini terus mengalami kenaikan. Hal tersebut yaitu melalui gasifikasi batu bara menjadi produk Dimethyl Ether (DME).
ADVERTISEMENT
Sebelumya, Pertamina melakukan penyesuaian harga gas LPG nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram. Kenaikan harga tersebut antara Rp 1.600 hingga Rp 2.600 per kilogram sejak 25 Desember 2021 untuk merespons tren peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) LPG yang terus naik sepanjang 2021.
"Batu bara harus gasifikasi di Indonesia, batu bara kalau gasifikasi bisa jadi DME pengganti LPG yang hari ini harga LPG naik 78 persen. Makanya sudah mulai ramai-ramai LPG mahal, kenapa? Ya impor," ujar Erick dalam Talkshow Transformasi Digital Student Day UMM, Sabtu (15/1).
Erick menyayangkan saat ini Indonesia belum bisa memproduksi gas LPG sendiri dan masih bergantung kepada impor. Saat ini, dia mengatakan pemerintah masih mengalokasikan subsidi gas LPG sebesar Rp 70 triliun.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak memproduksi gasnya dari perut bumi kita sendiri. Subsidi LPG Rp 70 triliun itu kalau uang dibagiin ke rakyat untuk program, berapa besar manfaatnya. Tentu tidak bisa langsung berubah, perlu waktu, perlu investasi, perlu teknologi," lanjut dia.
Dia menegaskan, gasifikasi batu bara tersebut sudah harus dimulai dari sekarang. Hal itu karena di tahun 2060 mendatang, Indonesia tidak akan bergantung lagi kepada batu bara untuk sektor ketenagalistrikan dan sudah harus berganti ke energi baru dan terbarukan (EBT).
Petugas menyiapkan tabung bahan bakar LPG. Foto: Dok. Pertamina
"Harus mulai dari sekarang, karena toh batu bara di 2060 sudah tidak terpakai lagi buat listrik, karena kita akan memproduksi listrik dari matahari, geothermal, air, angin. Mumpung batu bara masih bisa dipakai, ya kita gasifikasi untuk gas," jelas Erick.
ADVERTISEMENT
Selain melalui gasifikasi batu bara, Erick berkata salah satu upaya hilirisasi bahan baku tambang yang sedang digalakkan pemerintah adalah hilirisasi produk nikel untuk baterai. Erick mendorong adanya investasi baterai di dalam negeri.
"Jangan kayak kemarin-kemarin, kita pasar mobil terbesar di ASEAN, investasinya di Thailand. Enggak salah, kita mesti introspeksi kenapa kalah dengan Thailand," kata dia.
"Kalau sekarang Thailand tidak produksi nikel, investasi mobil masih di Thailand, ada yang salah dengan kita. Kita harus paksakan produksi di sini, kalau enggak, enggak usah kasih nikel. Ini ekosistem yang kita bangun sama-sama," tegas Erick.