Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keberatannya atas rencana Kementerian ESDM merevisi target penyelesaian proyek 35.000 Megawatt (MW). Hal itu disampaikan Erick saat memperkenalkan Deputi Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN Nawal Nely kepada Komisi VI DPR RI.
ADVERTISEMENT
Erick mengatakan, mulanya ia heran mengapa proyek tersebut harus mundur selama itu. Erick pun mendapat penjelasan bahwa awal mula proyek tersebut dibuat pemerintah dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 7 persen. Saat ini pertumbuhan ekonomi nasional hanya bertengger 5 persen, produksi listrik surplus dan khawatir tak terjual.
"Tapi apakah proyek 35.000 MW dimundurkan ini benar? Saya rasa tidak," kata Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (20/2).
Erick yang tak setuju proyek ini mundur pun berkoordinasi dengan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) untuk memetakan lagi bisnis pembangkit listrik nasional. Menurut dia, ternyata masih banyak industri yang butuh pasokan listrik dan mereka diperbolehkan membangun pembangkit sendiri.
"Ternyata kebutuhan industri masih ada 2.200 yang notabene industrial area boleh bangun lagi power plant, bangun sendiri. Saya bilang ini kalau bisa kita lakukan, kan 35.000 MW tidak perlu diundur lebih dari 5 tahun sebab power plant di PLN sebagian besar dibangun swasta," ucap dia.
ADVERTISEMENT
"Ini risiko bisnis. Tapi tak perlu mundur 5-10 tahun, hanya 1-2 tahun saja. Kita juga sudah bicara denga Menteri ESDM ini bisa diantisipasi bersama. Jangan sampai keputusan yang diambil BKPM dan Menteri BUMN tidak didukung oleh Menteri ESDM dan Menperin karena takutnya kalau menteri-menteri bicara lain tidak solutif," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Kementerian ESDM kembali merevisi target penyelesaian proyek listrik 35 ribu MW. Semula, proyek ini ditargetkan rampung pada 2019, lalu direvisi lagi menjadi 2025, kini proyek besar tersebut direncanakan baru kelar pada 2029 mendatang.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan, mundurnya target penyelesaian proyek 35.000 MW hingga 2029 karena tak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya bergerak di level 5 persen.
ADVERTISEMENT
Kata dia, pada penghitungan awal, agar proyek ini rampung, seharusnya pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 7 persen. Dengan begitu, konsumsi listriknya bisa tumbuh 8,7 persen per tahun dengan tingkat elastisitasnya antara 1,2 sampai 1,3 persen.
"Tapi sekarang pertumbuhan ekonominya masih di kisaran 5 persen. Jadi dimundurkan commercial operation date (COD)," kata dia di Gedung Dirtjen Ketenagalistrikan, Kamis (6/2).