Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Esai Foto: Mengolah Limbah Kelapa Menjadi Pundi-pundi Rupiah
1 Desember 2024 21:47 WIB
·
waktu baca 2 menitSejak pukul enam pagi, suara deru mesin diesel terdengar dari belakang rumah Nur Hasan. Dengan cekatan, para pekerja sibuk membuat arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa . Bahan limbah tersebut tersedia berlimpah, mudah ditemukan di setiap sudut desa.
“Saya merasa gundah saat melihat limbah kelapa menumpuk di desa. Padahal kalau diolah, bisa jadi komoditi ekspor yang menghasilkan pundi-pundi uang ”, ujar Nur Hasan, warga Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur, disela istirahat membuat arang briket.
Selain sumber bahan baku yang relatif murah, mengolah arang briket juga relatif mudah. Para pekerja cukup menjemur arang yang telah dibakar, empat hingga lima hari.
“Untuk cara mengolah briket dari batok kelapa, saya cuma cari-cari di YouTube aja, kata Hasan sambil menjemur arang briket.
Meski usaha sederhana, soal omzet tergolong cukup luar biasa. Dalam sehari, Hasan mampu mengolah 600 kilogram arang briket, atau sekitar 15 ton per bulan.
Bahkan demi memenuhi target produksi, Hasan harus mencari pasokan limbah kelapa hingga keluar Lumajang. Di antaranya ke Kabupaten Malang dan kota-kota di Pulau Sumatera.
Produksi briket tak hanya dijual di dalam negeri, tapi juga menembus pasar ekspor seperti Turki dan Arab Saudi. Pembeli mancanegara didapatkan dari jejaring di media sosial Facebook.
Untuk pasar domestik, arang briket dijual Rp 10 ribu hingga Rp30 ribu per kg. Sementara untuk pasar mancanegara dipatok harga USD 10 atau sekitar Rp 158 ribu per kg. Dengan harga tersebut, Hasan bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 45 juta hingga Rp 50 juta per bulan.
Kerja keras, ulet dan jeli melihat peluang, kini berbuah pundi-pundi uang. Limbah kelapa ternyata bukan sampah, tapi bisa jadi sumber rupiah bahkan dolar.