Esai Foto: Mengolah Limbah Kelapa Menjadi Pundi-pundi Rupiah

1 Desember 2024 21:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara suasana industri rumahan arang briket di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara suasana industri rumahan arang briket di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Sejak pukul enam pagi, suara deru mesin diesel terdengar dari belakang rumah Nur Hasan. Dengan cekatan, para pekerja sibuk membuat arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa. Bahan limbah tersebut tersedia berlimpah, mudah ditemukan di setiap sudut desa.
Pekerja mengumpulkan limbah batok kelapa untuk dibakar di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mengumpulkan limbah batok kelapa untuk dibakar di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
“Saya merasa gundah saat melihat limbah kelapa menumpuk di desa. Padahal kalau diolah, bisa jadi komoditi ekspor yang menghasilkan pundi-pundi uang ”, ujar Nur Hasan, warga Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur, disela istirahat membuat arang briket.
Pekerja memasukkan bubuk arang briket ke dalam mesin pencetak di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Selain sumber bahan baku yang relatif murah, mengolah arang briket juga relatif mudah. Para pekerja cukup menjemur arang yang telah dibakar, empat hingga lima hari.
Pekerja menyelesaikan pembuatan briket berbahan dasar limbah batok kelapa di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
“Untuk cara mengolah briket dari batok kelapa, saya cuma cari-cari di YouTube aja, kata Hasan sambil menjemur arang briket.
Pekerja menyelesaikan pembuatan briket berbahan dasar limbah batok kelapa di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Meski usaha sederhana, soal omzet tergolong cukup luar biasa. Dalam sehari, Hasan mampu mengolah 600 kilogram arang briket, atau sekitar 15 ton per bulan.
Pekerja memotong cetakan arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang masih basah di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Bahkan demi memenuhi target produksi, Hasan harus mencari pasokan limbah kelapa hingga keluar Lumajang. Di antaranya ke Kabupaten Malang dan kota-kota di Pulau Sumatera.
Pekerja menjemur arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang diproduksi di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Produksi briket tak hanya dijual di dalam negeri, tapi juga menembus pasar ekspor seperti Turki dan Arab Saudi. Pembeli mancanegara didapatkan dari jejaring di media sosial Facebook.
Pekerja memperlihatkan arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang diproduksi di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Untuk pasar domestik, arang briket dijual Rp 10 ribu hingga Rp30 ribu per kg. Sementara untuk pasar mancanegara dipatok harga USD 10 atau sekitar Rp 158 ribu per kg. Dengan harga tersebut, Hasan bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 45 juta hingga Rp 50 juta per bulan.
Pekerja memperlihatkan arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang diproduksi di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Kerja keras, ulet dan jeli melihat peluang, kini berbuah pundi-pundi uang. Limbah kelapa ternyata bukan sampah, tapi bisa jadi sumber rupiah bahkan dolar.
Pekerja melipat kemasan arang briket yang akan dikirim ke Turki di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO
Nur Hasan (tengah) bersama pekerja memperlihatkan arang briket berbahan dasar limbah kelapa yang siap dikirim ke Turki di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur. Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO