Esai Foto: Potensi Teh Putih Menjadi Ikon Teh Indonesia

24 November 2024 15:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja pemetik teh berjalan menuju Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja pemetik teh berjalan menuju Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Sebelum Sang Surya menampakkan diri, sekelompok perempuan paruh baya melangkahkan kaki menuju hamparan Kebun Teh Gambung di lereng Gunung Tilu, Ciwidey, Jawa Barat. Mereka akan memetik peko alias pucuk paling atas daun teh yang belum mekar sebelum matahari bersinar terik.
Sejumlah pekerja berjalan untuk memetik teh putih di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pekerja berjalan untuk memetik teh putih di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Peko ini harus dipetik dengan tangan kosong agar tidak hancur sebelum diproses dengan pengolahan secara minimalis berupa pelayuan dan pengeringan. Hasil proses inilah yang kemudian menjadi teh putih, teh yang diklaim memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, kebugaran, dan juga kecantikan.
Pekerja memetik teh putih di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK), teh putih diolah tanpa melalui proses oksidasi sehingga kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan nya tetap tinggi. Teh putih memiliki rasa yang lembut dan menyegarkan serta beraroma wangi.
Pekerja memetik teh putih di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Penyebutan teh putih sendiri karena penampakannya yang keperakan mengkilat dari bulu-bulu yang menyelimutinya dan bentuknya runcing menyerupai jarum sehingga biasa dinamai “silver needle”.
Pekerja memilah pucuk teh putih di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Mengingat khasiatnya dan juga bahan baku peko yang relatif terbatas, menyebabkan harga teh putih bisa mencapai di atas Rp 1 juta per kilogram, jauh lebih mahal dibandingkan jenis teh lainnya seperti teh hijau dan teh hitam yang dibanderol puluhan ribu rupiah per kilogram nya.
Seorang pekerja menjemur pucuk teh putih di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Menurut Ketua Dewan Pakar Masyarakat Indikasi Geografi Rohayati Suprihatini teh putih Gambung adalah teh putih pertama yang memiliki sertifikasi Indikasi Geografis (IG).
Peneliti menyiapkan teh putih untuk diuji di laboratorium milik Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal sebuah barang atau produk karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, yang memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang atau produk yang dihasilkan.
Peneliti mencicipi teh putih saat diuji di laboratorium milik Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Produk teh putih Gambung atau Gambung Excellent White Tea mengantongi IG karena rasanya yang khas, mulai dari aroma roast hingga tingkat antioksidannya yang lebih tinggi.
Seorang pekerja menyiapkan bahan teh putih di Pepeteka Cafe, Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
"Selain karena paling enak, juga paling sehat karena diproses dengan suhu tertentu yang membuatnya tidak teroksidasi sehingga manfaat bahan aktifnya tidak berkurang," kata Rohayati.
Seorang pekerja menyajikan teh putih di Teabumi Tea House, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Sayangnya, meski punya manfaat kesehatan yang lebih tinggi dan cita rasa khas, popularitas teh putih sendiri masih kalah dengan teh hijau atau jenis teh lainnya.
Sajian teh putih di Pepeteka Cafe, Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Teh putih dinilai punya potensi untuk menjadi ikon teh Indonesia, juga diharapkan bisa se-populer teh China yang bervariasi, teh oolong dari Taiwan, teh hijau Jepang, teh darjeeling India hingga earl grey dari Inggris. Pasalnya, meski produksinya tidak sebesar di China, namun standar teh putih Indonesia jauh lebih unggul dengan kualitas silver needle.
Sejumlah pengunjung menikmati teh putih di Teabumi Tea House, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
"Teh putih bisa jadi ikon teh Indonesia, karena ini jenis teh terbaik, enak, dan paling sehat," tutup Rohayati.
Suasana Pepeteka Cafe di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO