Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tumpahan minyak (oil spill) dan gelembung gas dari Sumur YYA-1 di Sekitar Anjungan Lepas Pantai YY Area milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat diperkirakan mencapai 3.000 barel per hari. Tumpahan ini mulai menyebar ke laut hingga bibir pantai di Karawang dan Bekasi.
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, mengatakan bahwa tumpahan minyak 3.000 barel per hari itu terjadi konstan sejak 12 Juli 2019. Untuk menghindari tumpahan lebih banyak lagi, Pertamina diminta untuk segera mematikan sumur yang menjadi sumber semburan.
"Kami juga berusaha percepat mematikan sumur atau relieve well. Rig sudah ada di tempat untuk drilling, rencananya konduktor akan ditajak hari ini, kayak pondasi (dipasang), pipa besar supaya sumurnya kuat dengan diameter 30 inch," kata dia dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (29/7).
Kata Djoko, kebocoran terjadi di kedalaman 10.000 kaki. Jadi nanti ada pengeboran lurus yang dilakukan ahli-ahli Indonesia dan pengeboran miring oleh ahli-ahli dari luar negeri, yakni Haliburton Boots & Coots dengan menginjeksi semen ke dalamnya.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sukandar mengatakan, khusus untuk relieve well menjadi tanggung jawab Haliburton, sedangkan penanganan tumpahan minyak di permukaan tanggung jawab Pertamina . Secara keseluruhan, yang bertanggung jawab atas kejadian ini adalah Pertamina.
"Mudah-mudahan dari mulai numbuk, conductor pipe, paling lama tiga bulan, ini sumurnya nanti harus mati. Ini handling harus cepat agar oil spill enggak ke mana-mana, platform (anjungan) jangan sampai miring lagi," tutur Sukandar.
Sementara itu Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, jika semburan tersebut tak segera ditutup, ketidakpastian terkait penyelesaian masalah ini akan terus menghantui. Dampaknya dikhawatirkan semakin luas.
"Menutup sumur tadi dengan drilling well, kita harapkan bisa dipercepat prosesnya. Selama belum tertutup, ketidakpastian akan terus ada. Jadi tidak bisa jamin bahwa dampak yang ini sudah berhenti, tidak bisa definisikan itu. Sampai relieve well selesai, restructuring, dan lainnya. Kejadian ini jadi pelajaran betul, banyak hal perlu diperbaiki Pertamina, ini kita harapkan tidak terjadi lagi ke depan," ucap Dwi.
ADVERTISEMENT