Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Etanol dari Tebu Bakal Jadi Campuran BBM, Kebutuhan Gula Terancam?
27 Juni 2023 15:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) akan segera meluncurkan produk baru yaitu Pertamax yang dicampur dengan bioetanol berkadar oktan (RON) 95, bernama Pertamax Green 95.
ADVERTISEMENT
Adapun bahan bakar nabati (BBN) bioetanol tersebut berasal dari bahan baku molase tebu, alias yang juga merupakan bahan baku gula pasir. Banyak pihak mempertanyakan keamanan pasokan gula dengan adanya produk baru tersebut.
Salah satunya Analis IEEFA, Putra Adhiguna. Dia menuturkan, sekitar 85 persen produksi bioetanol dunia berada di Amerika Serikat dan Brasil, masing-masing menggunakan bahan dasar jagung dan tebu.
Putra menuturkan, penggunaan bioetanol untuk campuran BBM biasanya didasari dua hal, yaitu pengurangan penggunaan minyak mentah (crude) dan penurunan emisi. Meski begitu, kata dia, perlu dipastikan sumber dari bahan bakunya.
"Perlu diperjelas apa bahan bioetanol Indonesia mengingat kita adalah importir gula terbesar dunia, sehingga alasan ketahanan energi bisa jadi tanda tanya," ujarnya kepada kumparan, Selasa (27/6).
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, perlu dipastikan asal muasal dari sumber bahan baku bioetanol lantaran akan berdampak kepada tingkat emisi yang berbeda.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arrangga, mengatakan penggunaan bioetanol dalam BBM kajian yang lebih mendalam terkait sumber bahan baku yang akan digunakan.
"Apakah beririsan dengan produksi sumber pangan yang lain? Apakah berpotensi membuka lahan baru yang akan bersaing dengan lahan sumber pangan? Apakah dihasilkan dari by product/limbah produksi pangan? Dari sana kita bisa melihat seberapa optimal kita bisa menggunakan bioetanol," tuturnya.
Daymas menambahkan, emisi yang dikeluarkan produk BBM bioetanol tentu akan lebih sedikit dibanding BBM dari fosil. Meski begitu, permasalahan bahan baku ini perlu dikaji untuk memastikan kestabilan harga.
ADVERTISEMENT
"Kita perlu melihat bagaimana scarcity dari suatu bahan baku, ketersediaan di market, teknologi yang dipakai dan tentunya apabila carbon tax sudah diberlakukan, bahan bakar seperti bioetanol akan lebih unggul karena mendapatkan insentif carbon tax," pungkasnya.
Sebelumnya, produksi etanol untuk Pertamax salah satunya akan dipasok oleh PT Energi Agro Nusantara yang merupakan anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Perusahaan ini berbasis bahan bakar energi terbarukan yang mengolah molases menjadi etanol 99,5 persen.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan hingga saat ini belum ada penambahan kapasitas produksi bioetanol fuel grade di Indonesia, yaitu masih di angka 40.000 kiloliter (KL).
Edi memaparkan, produksi bioetanol tersebut akan dipasok sekitar 30.000 KL dari pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), di Kabupaten Mojokerto, dan 10.000 KL sisanya dari PT Molindo Raya Industrial di Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT