Faisal Basri: Ada 3 Kelompok Kuasai 96 Persen Gula Rafinasi

26 Agustus 2021 18:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom Senior, Faisal Basri saat ditemui di Tjikini Lima, Selasa (15/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom Senior, Faisal Basri saat ditemui di Tjikini Lima, Selasa (15/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Faisal Basri bicara soal masih kuatnya praktik monopoli dalam pengelolaan pangan di Indonesia. Ekonom lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menyebutkan salah satunya terjadi pada komoditas gula.
ADVERTISEMENT
Menurut Faisal, saat ini produksi gula nasional hanya dikuasai oleh 3 kelompok. Tiga kelompok ini, kata Faisal, memegang kendali penuh izin 11 perusahaan rafinasi.
"11 gula rafinasi itu ada 3 kelompok besar kelompok Martua Sitorus, kelompok Kurniadi dan kelompok Edi Kusuma. Itu 3 kelompok ini menguasai 96,2 persen dari produksi gula rafinasi," ujar Faisal dalam acara Ngobrol Tempo membahas sengkarut tata kelola pangan, Kamis (26/8).
Faisal menyebut, kelompok tersebut kerap bermain-main dalam regulasi impor. Tujuannya supaya mendapatkan keuntungan lebih banyak.
Rilis Bareskrim kasus penipuan gula rafinasi di pabrik PT PDSU, Cilegon, Banten Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Salah satunya terkait keharusan membangun kebun paling lambat tiga tahun setelah perusahaan beroperasi. Ini sejalan dengan aturan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014, yang kemudian dianulir dengan kehadiran UU Cipta Kerja.
ADVERTISEMENT
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2021 yang merupakan turunan UU Cipta Kerja, kata Faisal, membuat mereka kemudian terbebas dari kewajiban tersebut. Di mana pasal 30 ayat 2 dalam aturan ini, lanjutnya, mengecualikan gula rafinasi sebagai unit pengolahan tebu berbahan baku impor.
"Jadi kewajiban mereka sudah digugurkan lewat PP yang nyelip di penjelasan. Itu ada 11 perusahaan gula rafinasi yang diberikan izin walaupun mereka tidak mungkin menanam (tebu) di kebun,” ujarnya.
"Jadi tinggal tunggu waktunya saja industri gula nasional satu per satu akan berguguran, dan kita akan bergantung pada impor," sambung Faisal Basri.