Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Faisal Basri Akui Diminta Tak Ungkap Luhut Keberatan Ekspor Nikel Dilarang
25 September 2023 16:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri, mengaku Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan keberatan terkait pernyataan tidak sepakat larangan ekspor nikel dibocorkan. Bahkan, Faisal dianggap menusuk dari belakang.
ADVERTISEMENT
“Pak Luhut secara pribadi tidak setuju larangan ekspor itu, enggak setuju, tapi gara-gara saya bocorkan omongan itu, katanya rahasia," kata Faisal dalam publikasi kajian Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat
"Saya ketemu Pak Luhut enggak ada rahasia-rahasiaan, kita bahas adalah masalah publik bukan persoalan keluarga Pak Luhut, saya disangka ditusuk dari belakang gitu,” sambungnya.
Faisal menegaskan, pembicaraan antara dirinya dengan Luhut tak harus dirahasiakan karena mengenai isu publik. Dia bilang, Luhut tidak setuju larangan ekspor karena harga nikel semakin mahal.
“Bagi saya enggak ada itu rahasia-rahasia dan enggak ada kita janji-janjian rahasia confidential, dia enggak setuju larangan ekspor karena niscaya larangan ekspor akan menyebabkan harga nikel mahal,” tuturnya.
Faisal menjelaskan, 73 persen produsen mobil listrik di Indonesia tidak memakai bahan baku nikel akibat harga yang mahal. Di sisi lain, inovasi baru bisa diciptakan sehingga harga mobil listrik lebih murah.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita buat pabrik nikel, mobil sudah enggak pakai nikel. Kita juga kelabakan, kalau China punya banyak pilihan, kalau kita enggak ada pilihan modalnya cuma nikel,” tegas Faisal.
Sebelumnya Faisal membeberkan ada efek samping dari kebijakan larangan ekspor bijih nikel yang telah diterapkan sejak tahun 2020. Dari pernyataan Luhut, Faisal membeberkan Menko itu sebenarnya keberatan atas larangan ekspor nikel.
“Waktu saya ketemu Pak Luhut, dikatakan 'saya juga sebetulnya enggak setuju larang-larang (ekspor nikel)', kan ada sejumlah orang yang ketika kita ketemu pribadi dan secara publik (pandangannya) beda," ungkapnya saat diskusi OTW 2024 lembaga survei KedaiKOPI, Selasa (15/8).
Masalahnya, lanjut Faisal, hilirisasi nikel di Indonesia belum mencapai produk baterai kendaraan listrik atau lithium ion yang nilai tambahnya lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
"Pak Luhut tau bener kalau dilarang (ekspor) itu otomatis muncul substitusi, kan nikel langka, harganya tinggi, pengusaha cari yang murah. Sekarang sudah ditemukan sodium ion, pabrik sodium ion itu terbesar di China," jelas dia.