Faisal Basri Nilai Industri RI Mundur: Investasi yang Masuk Tak Berkualitas

5 Januari 2023 16:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom Senior, Faisal Basri saat ditemui di Tjikini Lima, Selasa (15/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom Senior, Faisal Basri saat ditemui di Tjikini Lima, Selasa (15/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri, menyoroti sektor industri Indonesia yang terus mengalami kemunduran. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya inovasi pada industri di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Faisal Basri menyebut kontribusi industri manufaktur terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun menjadi 18,3 persen di kuartal III 2022. Padahal di 2021 kontribusinya masih berada di level 29,1 persen.
"Bandingkan dengan negara lain, peranan industri kita ke PDB merosot tajam dari level 29 persen dan tahun lalu 18,3 persen sampai kuartal III. Ada gejala deindustrialisasi dini di sektor industri manufaktur kita yang alami perlambatan sebelum mencapai waktunya atau titik optimumnya," ujar Faisal dalam Diskusi Publik Catatan Awal Ekonomi Tahun 2023, Kamis (5/1).
Faisal menilai selama ini sektor industri di Indonesia mendapatkan investasi yang besar, tetapi kualitasnya kurang. Ia merasa investasi yang masuk hanya dikelola pakai otot, bukan menggunakan otak.
ADVERTISEMENT
"Investasi yang masuk ini kebanyakan otot, ya itu yang berhubungan dengan fisik. Berupa konstruksi dan bangunan. Seharusnya, investasi otak yang berupa investasi di bidang IT, juga riset dan pengembangan," kata Faisal.
Faisal menyebut berdasarkan data Asia Productivity Organization (2022), sebanyak 83 persen investasi yang masuk ke Indonesia berkaitan dengan konstruksi dan bangunan. Kemudian 10 persen investasi yang masuk berupa modal untuk non IT, 4 persen investasi berkaitan dengan pembangunan transportasi dan 3 persen di bidang IT.
Faisal melihat tidak ada satu persen pun investasi yang digunakan untuk urusan riset dan pengembangan. Pasalnya, penanaman modal di bidang R&D akan memperkuat keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia di mana kemampuan inovasi untuk membangun Indonesia yang makin berdaya saing.
ADVERTISEMENT
"Jadi bisa kita lihat nih, makin besar investasi yang masuk tetapi pertumbuhannya tidak berkualitas. Karena investasi yang masuk sekadar untuk bikin ibu kota, bangun jalur LRT, MRT, dan kereta cepat," tutur Faisal.
Ia menambahkan kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia bakal disalip oleh negara Vietnam dan juga masih di bawah negara Tiongkok, Korea, Thailand dan Malaysia. Sektor industri dianggap sebagai pembentuk kelas menengah yang kuat.
"Jika industri melemah, kelas menengah jadi memble, sehingga lapisan buruh formal relatif sedikit. Akibatnya karena struktur manufaktur lemah sebabkan yang kita bisa jual ke luar juga terbatas. Manufakturnya jadi makin tergantung ekspor komoditas," ungkap Faisal.