news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Faisal Basri: Subsidi Pertamax Dinikmati Orang Kaya itu Haram, Dosa!

29 Agustus 2022 19:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spanduk pemberitahuan harga terbaru BBM jenis Pertamax yang terpasang di SPBU Pertamina Jl Kemang Raya Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (3/4/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk pemberitahuan harga terbaru BBM jenis Pertamax yang terpasang di SPBU Pertamina Jl Kemang Raya Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (3/4/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengecam masyarakat mampu yang menikmati subsidi Pertamax. Menurutnya, semestinya Pertamax dijual dengan harga keekonomian dan diperuntukkan bagi masyarakat mampu.
ADVERTISEMENT
"Jadi naikkan harga BBM enggak harga pasar. Yang buat orang kaya kan jangan disubsidi. Haram Pertamax disubsidi. Ini buat orang kaya kan," kata Faisal Basri saat ditemui di Cikini Jakarta, Senin (29/8).
Pertamax saat ini dijual Rp 12.500 per liter, kendati secara keekonomian harganya mencapai Rp 17.300 per liter. Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat, Pertamax sebanyak 68 persen dikonsumsi rumah tagga yang relatif mampu. Sedangkan hanya 14 persen yang dinikmati masyarakat kurang mampu.
"Menurut saya dosa itu. Subsidi orang kaya. Dosa," tegas Faisal Basri.
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri. Foto: Akbar Maulana/kumparan

Ratusan Triliun Subsidi BBM Dinikmati Orang Kaya

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap bahwa ratusan triliun rupiah anggaran subsidi dan kompensasi energi sebagian besar dinikmati oleh orang kaya atau masyarakat kelompok menengah atas.
ADVERTISEMENT
Anggaran subsidi energi yang mencakup BBM, LPG, dan listrik serta pembayaran kompensasi ke badan usaha dalam APBN 2022, melonjak dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.
Kenaikan tersebut diakibatkan pemerintah masih menahan harga jual BBM Pertalite di Rp 7.650 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter. Padahal harga keekonomian Pertalite mencapai Rp 14.450 per liter dan Solar mencapai Rp 13.950 per liter.
"Subsidi ratusan triliun ini jelas sasarannya, yang menikmatinya relatif orang mampu (kaya) dan mungkin akan menciptakan kesenjangan dengan yang miskin," kata Sri Mulyani.
Untuk Solar, dari kuota yang disediakan 15,10 juta kiloliter (KL) dinikmati 95 persen orang mampu dan industri. Sedangkan Pertalite, dari kuota 23,05 juta KL, sebanyak 80 persen dinikmati orang mampu. Sementara Pertamax sebanyak 68 persen dikonsumsi rumah tangga yang relatif mampu. Sedangkan hanya 14 persen yang dinikmati masyarakat tidak mampu.
ADVERTISEMENT
"Uang ratusan triliun yang banyak menikmati kelompok menengah atas. Yang paling miskin justru mendapatkan kecil," ujarnya.