Faisal Basri Ungkap Modus Mafia Migas Korupsi Lewat Bank BUMN

30 September 2019 18:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Resya Firmasnyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Resya Firmasnyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Indef Faisal Basri mengungkapkan sejumlah modus korupsi. Salah satunya yang dilakukan seorang mafia migas melalui bank BUMN.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, mafia tersebut akan berutang melalui bank BUMN untuk mendanai proyek yang sebenarnya tak menghasilkan alias gagal. Namun, bank BUMN ini akan terus memberikan utang lantaran pembayaran dan cicilan bunganya lancar.
"Maaf saya enggak bisa sebut banknya. Bank BUMN terus memberikan utang kepada proyek yang gagal, tapi proyeknya ini terus membayar cicilan dan bunganya, padahal proyeknya gagal. Nah yang bayar cicilan bunganya adalah holding-nya (perusahaan) di Singapura atau luar negeri, bayar lancar kan," ujar Faisal di Kantor Indef, Pasar Minggu, Jakarta, Senin (30/9).
"Statusnya di mata bank itu kreditnya lancar, padahal enggak lancar. Itu kan bank itu harus mengandalkan pendanaan dari proyek yang dia biayai itu," lanjutnya.
Selanjutnya, karena proyek 'gagal' itu dinilai lancar dalam membayar cicilan dan bunga, maka proyek itu bisa kembali mendapatkan pinjaman dari bank tersebut.
ADVERTISEMENT
"Nah karena proyeknya lancar kreditnya, dapat top-up puluhan juta dolar AS lagi, dan ini residivis, mafia terkenal, saya enggak bisa sebut namanya, ini mafia terkenal, mafia migas," jelasnya.
Modus selanjutnya, berbeda dengan modus pertama. Pada modus kedua ini, seorang mafia akan mengajukan utang untuk suatu proyek demi membiayai proyek lainnya. Dalam modus kedua ini, kata Faisal, pelakunya biasanya dekat dengan kekuasaan atau berada di lingkaran kekuasaan.
"Utang proyek A macet, lalu ajukan proyek B untuk membiayai proyek A. Beda ya sama yang pertama. Makanya yang memperoleh pinjaman dari bank cenderung itu-itu saja," kata dia.
Faisal memberikan isyarat 'pemain' dari modus kedua ini berbagai macam kalangan, mulai pejabat hingga dari mantan ketua umum partai.
ADVERTISEMENT
"Ada pejabat yang sedang menjabat, ada mantan ketua umum partai, ada mantan pimpinan tinggi negara. Tapi don't push me menyebut nama karena ini janji saya," kata Faisal.
Modus selanjutnya, utang dari bank BUMN digunakan untuk membangun gedung perkantoran milik seorang menteri. Gedung itu tak laku, sehingga BUMN lain diminta untuk merenovasi dan menyewanya selama lima tahun.
Selain itu, ada pula modus yang membagi-bagi kredit dengan jumlah kecil dengan berbagai nama (split). Hal ini bertujuan agar tak perlu mendapatkan izin dari komisaris bank BUMN tersebut dan tidak mencapai batas maksimum pemberian kredit (BMPK).
Modus lainnya, kata Faisal, ada satu bank swasta yang dinilai sakit berat, dan bank-bank BUMN diminta untuk menyelamatkannya.
ADVERTISEMENT
"Supaya tak perlu izin komisaris dan tak mencapai BMPK, batas maksimum pemberian kredit, kredit dipecah-pecah dalam jumlah kecil dengan berbagai nama, pembantu saya supir saya. Orangnya itu-itu aja," tambahnya.