news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Faisal Basri Ungkap Penyebab Rupiah Menguat Terhadap Dolar: Hasil Tarik Utang!

11 Juni 2020 9:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, dinilai bukan disebabkan optimisme pasar karena kebijakan pemerintah dalam menangani virus corona.
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Indef, Faisal Basri, mengungkapkan faktor utama rupiah terus menguat lebih didorong banyaknya utang yang diambil pemerintah melalui penerbitan obligasi.
"Harus diingat, rupiah menguat adalah refleksi dari pasokan dolar yang meningkat luar biasa masuk ke Indonesia. Dari mana? ya dari utang, global bond itu," kata Faisal saat diskusi virtual, Rabu (10/6).
Menurut Faisal Basri, kelebihan likuiditas karena adanya dana stimulus di beberapa negara maju membuat mereka membeli surat-surat utang yang diterbitkan pemerintah karena bunganya rendah.
"Nanti akan kita lihat global bond ini ada yang berupa valas itu 100 persen kan dimiliki asing, kemudian ada setiap periode pemerintah mengeluarkan surat utang dalam denominasi rupiah bunganya tinggi sekali 7 persen, 8 persen," ujar Faisal.
ADVERTISEMENT
Namun, Faisal mengatakan kondisi tersebut akan sementara. Para investor asing akan berangsur menjual surat utangnya dalam waktu dekat dengan memperhatikan kondisi di Indonesia.
Dia khawatir Indonesia bakal mengalami kesulitan dengan adanya lonjakan masyarakat yang terpapar virus corona karena new normal yang dipaksakan.
"Pada saat itulah asing mulai menjual bond-nya lagi. Nanti BI harus turun tangan keluarkan cadangan devisa," ungkap Faisal.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat beberapa hari ini terus menguat sampai sempat menyentuh level Rp 13.000. Mengutip data Bloomberg, Rabu (10/6) pagi, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 13.937,50.
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Sebelumnya, Indonesia mendapatkan utang USD 700 juta atau sekitar Rp 10,5 triliun (kurs Rp 15.000) dari Bank Dunia. Dana jumbo ini akan digunakan pemerintah mendanai dua proyek baru demi menangani pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Utang pemerintah diproyeksi akan terus membengkak akibat melebarnya defisit anggaran menjadi 6,27 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam APBN 2020. Defisit tersebut setara dengan Rp 1.028,5 triliun.
Berdasarkan draf kajian Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ke DPR, pemerintah akan menerbitkan utang baru Rp 990,1 triliun tersebut dari berbagai skema.
Penarikan utang melalui penerbitan SBN bruto Rp 1.521,1 triliun, dikurangi realisasi penerbitan SBN hingga 20 Mei 2020 Rp 420,8 dan penurunan Giro Wajib Minimum Rp 110,2 triliun.
Sebelumnya, realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 420,8 triliun sejak awal tahun ini hingga 20 Mei 2020.