Fakta-fakta soal Anjloknya Aset Kripto Terra LUNA

14 Mei 2022 10:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Terra LUNA. Foto: sdx15/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Logo Terra LUNA. Foto: sdx15/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Aset kripto Terra LUNA Coin merosot harganya sampai 99,47 persen dalam kurun waktu sehari semalam. Rontoknya aset tersebut berdampak banyak ke para investornya.
ADVERTISEMENT
Ada investor yang merugi sampai Rp 168 triliun. Bahkan, ada juga yang dikabarkan sampai bunuh diri karena turunnya aset kripto Terra LUNA Coin.
Berikut ini rangkuman fakta-fakta soal anjloknya aset kripto Terra LUNA:

Aset Kripto Terra LUNA Anjlok dan Isu Bunuh Diri

Harga aset kripto Terra LUNA Coin asal Korea Selatan anjlok 99,47 persen dalam 24 jam. Dikutip dari coinmarketcap.com, harga Terra LUNA pada Jumat (13/5) pukul 07:20 WIB berada di Rp 41,3. Padahal, pada 5 April 2022, pernah menyentuh level tertinggi Rp 1,6 juta per koin.
Dikabarkan 8 orang bunuh diri akibat anjloknya harga Terra LUNA. Penelusuran kumparan, kabar adanya investor LUNA yang bunuh diri bermula dari sebuah forum di reddit. Tangkapan layar forum tersebut yang diposting akun twitter @JohnBrownlow mengungkap informasi adanya kasus bunuh diri.
ADVERTISEMENT
"Forum reddit LUNA penuh dengan postingan bunuh diri. Jadi pengingat bahwa main di kripto mungkin bisa membuat jumlah aset kita menjadi nol, tapi tidak dengan manusia," kata John.
Cerita tentang adanya investor bunuh diri karena anjloknya harga koin Terra LUNA juga menyebar dari akun twitter @BlockchainBUK yang menyebut akun @Cryptocraziac sebagai sumber informasi.
"Rupanya sudah ada 8 konfirmasi bunuh diri karena anjloknya harga $LUNA. Tetap kuat dan peduli pada mereka yang sedang berjuang sekarang," kata akun @Cryptocraziac.
Berbeda dengan di media sosial, situs media online thereportertimes.com menyebut 8 orang bunuh diri merupakan berita bohong. Hoaks tersebut berasal dari salah satu akun media di Pakistan, lalu disebar ulang oleh akun kripto di Twitter bernama @republicdotpk.
Logo Terra LUNA. Foto: FellowNeko/Shutterstock
Masuk Jenis Koin Stabil, Harga Kripto Terra LUNA Rontok
ADVERTISEMENT
Ambrolnya harga Terra LUNA mengagetkan banyak pihak dalam beberapa hari terakhir. Sebab, di awal kemunculannya pada 2018, mata uang digital buatan Do Kwon dari Korea Selatan ini menggunakan jaringan stablecoin yang dirancang agar sistem pembayaran dan nilainya stabil.
Hal itu yang diklaim membedakan Terra LUNA dari aset kripto lain. Jenis aset kripto yang masuk stablecoin adalah diikat dengan mata uang fisik seperti dollar AS (UST) dan Euro (EUT).
Dilansir dari geeksultd.com, Jumat (13/5), sejumlah pakar Cointelegraph yaitu Sam Bourgi, Jordan Finneseth, Marcel Pechman, dan Benton Yuan merilis tentang ‘The Market Report’ untuk membicarakan rontoknya harga Terra LUNA.
Bourgi menguraikan dasar teori dari stablecoin algoritmik dan mengapa koin jenis ini sebenarnya berbahaya. Dalam penjelasannya, dia menyinggung betapa senangnya orang ketika Do Kwon melalui Luna Foundation Guard membeli banyak Bitcoin (BTC) lalu menjualnya. Padahal, itu merupakan sebuah tanda bahaya bahwa aset kripto Terra akan anjlok.
ADVERTISEMENT
"Stablecoin dirancang untuk mempertahankan stabilitas pembayaran yang menggunakan uang kripto pada mata uang tertentu, biasanya dolar AS. Tetapi stabilitasnya 'fiksi' karena 'cadangan' untuk stablecoin ini hampir selalu merupakan mata uang non-AS," kata Bourgi.
Sementara itu, Finneseth menjelaskan bagaimana anjloknya harga Terra LUNA langsung mempengaruhi psikologi pasar dan akan membuat investor yang sudah mengoleksi uang digital ini menderita kerugian berbulan-bulan ke depan hingga harga naik lagi.
Sedangkan Yuan menyoroti beberapa kemungkinan spekulasi tentang siapa yang mungkin mengatur dump (pembelian) Bitcoin yang memicu ketakutan di seluruh ekosistem Terra.
Bos Coinbase Kehilangan Rp 168 Triliun
Ilustrasi Trading Kripto. Foto: Shutterstock
Harga aset kripto semakin terjun bebas dalam perdagangan Jumat (13/5). Tak hanya investor yang mengalami kerugian, miliarder kripto termasuk pendiri dan CEO platform perdagangan terbesar telah melihat kekayaan pribadi mereka terhapus oleh kehancuran pasar terbaru.
ADVERTISEMENT
Pada Kamis pagi, banyak cryptocurrency teratas berada di level terendah sejak akhir 2020. Hal ini berimbas pada anjloknya kekayaan bersih pendiri Coinbase, Brian Armstrong.
Menurut Bloomberg Billionaires Index, Armstrong memiliki kekayaan pribadi sebesar USD 13,7 miliar setara dengan Rp 200 triliun pada bulan November.
Sementara di bulan Mei 2022, kekayaan Armstrong menurun drastis hanya USD 2,2 miliar atau setara dengan Rp 22 triliun. Itu berarti, ia mengalami kerugian senilai USD 11,5 miliar atau senilai Rp 168 triliun.
Melalui Twitter, Armstrong berusaha meyakinkan investor dan pelanggan bahwa Coinbase tidak memiliki risiko kebangkrutan. "Kami tidak memiliki risiko kebangkrutan, bahkan dalam peristiwa angsa hitam seperti ini, dana Anda aman di Coinbase, seperti biasanya," katanya.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti sampai situ, Bloomberg melaporkan bahwa yang paling terpukul adalah kepala eksekutif Binance Changpeng Zhao, yang memulai debutnya di indeks pada Januari dengan kekayaan bersih USD 96 miliar atau senilai Rp 1.402 triliun.
Namun pada Rabu kemarin kekayaannya anjlok USD 84,4 miliar atau Rp 1.232 triliun. Hingga kini, kekayaan Changpeng hanya tersisa USD 11,6 miliar atau senilai Rp 169 triliun.
Tyler dan Cameron Winklevoss, salah satu pendiri bursa kripto Gemini, masing-masing telah kehilangan sekitar USD 2,2 miliar setara dengan Rp 32 miliar atau 40 persen dari kekayaan mereka tahun ini.
Sementara Sam Bankman-Fried, CEO bursa kripto FTX, kekayaannya berkurang separuh. Sejak akhir Maret menjadi USD 11,3 miliar atau senilai Rp 165 triliun, menurut laporan itu.
ADVERTISEMENT
Michael Novogratz, CEO bank pedagang kripto Galaxy Digital, telah melihat kekayaannya anjlok dari USD 8,5 miliar atau senilai Rp 124 triliun menjadi USD 2,5 miliar atau setara dengan Rp 36 triliun sejak November 2021.
Stablecoin Masih Aman Jadi Instrumen Investasi?
Ilustrasi aset kripto Tera LUNA. Foto: terra luna crypto
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan mekanisme stablecoin algoritmik memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Hal inilah yang menjadikan harga LUNA sangat terpengaruh penurunan UST yang sangat dramatis.
Afid menjelaskan, CEO Terralabs, Do Kwon, pun mengakui bahwa model stablecoin hadir dengan beberapa pengorbanan. Faktanya, kata Afid, memang koin sangat terdesentralisasi.
Namun jika dibandingkan dengan koin seperti Tether, Afid mengatakan harus menghadapi beberapa masalah stabilitas harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan.
ADVERTISEMENT
"Jika terlalu banyak orang yang mencoba menebus UST sekaligus, "death spiral" hipotesis dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna," kata Afid dalam keterangan tertulis, Jumat (13/5).