news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Fakta Ketimpangan di Yogya Tertinggi se-Indonesia, Penduduk Miskin Naik

21 Februari 2021 9:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret Tugu Pal Putih Kota Yogyakarta, yang kini bebas dari kabel melintang. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret Tugu Pal Putih Kota Yogyakarta, yang kini bebas dari kabel melintang. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menjadi daerah dengan ketimpangan antara si kaya dan si miskin paling tinggi di Indonesia. Pada 2018 lalu, daerah istimewa ini juga mendapatkan label yang sama dari Badan Pusat Statistik (BPS).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan BPS pada Senin (15/2), tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh gini ratio sebesar 0,385 di September 2020.
Angka ketimpangan ekonomi ini meningkat 0,004 poin jika dibandingkan dengan Maret 2020 yang sebesar 0,381 dan meningkat 0,005 poin dibandingkan dengan September 2019 yang sebesar 0,380.
Berdasarkan provinsinya, ratio tertinggi tercatat di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 0,437. Sementara gini ratio terendah berada di Kepulauan Bangka Belitung, dengan gini ratio sebesar 0,257.
“Secara nasional, sejak September 2014 angka gini ratio mengalami penurunan sampai dengan September 2019. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama periode tersebut terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di Indonesia. Namun demikian, akibat adanya pandemi COVID-19, nilai gini ratio kembali mengalami kenaikan pada Maret 2020 dan September 2020,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (15/2).
ADVERTISEMENT
Selain gini ratio, ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan Ukuran Bank Dunia.
Jika dibedakan menurut daerah, pada September 2020 persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di perkotaan adalah 17,08 persen. Sementara persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di perdesaan tercatat 20,89 persen.
“Dengan demikian, menurut kriteria Bank Dunia daerah perkotaan maupun daerah perdesaan termasuk ketimpangan rendah,” jelasnya.
Penduduk Miskinnya Capai 503 Ribu Orang, Ekonomi DIY Terpuruk
Di hari yang sama, BPS DIY merilis Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2020. Per September 2020, tercatat jumlah penduduk miskin di Yogya mencapai 503,14 ribu orang.
Penerapan kebijakan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) di Jalan Malioboro sejumlah toko dan pedagang kali lima menutup lapak dagangannya pukul 19.00 WIB. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dibandingkan Maret 2020, jumlah penduduk miskin meningkat sebanyak 27,4 ribu penduduk. Dengan begitu persentase penduduk miskin DIY naik sebesar 0,52 poin persen menjadi 12,80 persen.
ADVERTISEMENT
Terkait kondisi ini, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengakui kondisi ekonomi baik nasional maupun di DIY sedang terpuruk.
"Orang yang hidupnya di bawah garis kemiskinan semakin banyak. Saat ini ekonomi di DIY dan Indonesia pada umumnya baru terpuruk. Kalau ekonomi terpuruk, maka itu hitungannya dari PDB (Produk Domestik Bruto). Kalau PDB turun maka banyak orang yang dulu berada di garis kemiskinan, sekarang berada di bawah garis kemiskinan," kata Aji di Kepatihan Pemda DIY, Senin (15/2).
Berdasarkan data BPS, garis kemiskinan di DIY sebesar Rp 465.428 per kapita per bulan. Garis kemiskinan tersebut meningkat 0,42 persen dibandingkan pada Maret 2020. Saat itu, garis kemiskinan berada di angka Rp 463.479 per kapita per bulan.
ADVERTISEMENT
Pada 2018 DIY Juga Jadi Provinsi dengan Ketimpangan Tertinggi di RI
Pada 2018, BPS juga melaporkan DIY menjadi provinsi dengan ketimpangan tertinggi di Indonesia. Laporan itu berdasarkan survei yang dilakukan pada periode September 2017 hingga Maret 2018.
Rata-rata kenaikan pengeluaran per kapita pada September 2017-Maret 2018 untuk kelompok penduduk 40 persen terendah mencapai 3,06 persen. Sedangkan bagi kelompok 40 persen menengah tumbuh 2,54 persen dan kelompok 20 persen teratas tumbuh 2,59 persen.
Meski demikian, penurunan gini ratio secara nasional ternyata belum merata ke semua daerah. Di perdesaan ketimpangan malah naik dari 0,320 pada September 2017 menjadi 0,324 pada Maret 2018. Sedangkan di perkotaan turun dari 0,404 menjadi 0,401 pada periode yang sama.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan provinsi, ketimpangan tertinggi terjadi di Yogyakarta mencapai 0,441, diikuti Sulawesi Tenggara 0,409, Jawa Barat 0,407, Gorontalo 0,403, Sulawesi Selatan 0,397, Papua Barat 0,394, Sulawesi Utara 0,394, dan DKI Jakarta 0,394.
Sedangkan provinsi dengan ketimpangan terendah yaitu Bangka Belitung sebesar 0,281, Kalimantan Utara 0,303, Sumatera Utara 0,316, Sumatera Barat 0,321, Aceh 0,325, Riau 0,327, dan lainnya.
"Penurunan kemiskinan bukan berarti tidak ada PR. Masih ada disparitas kemiskinan tinggi antara kota dan desa,” kata Suhariyanto pada Juli 2018.