Fakta MCAS yang Diendorse Raffi Ahmad: Kerap Koreksi Lapkeu, Saham Kemahalan?

9 Januari 2021 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pencatatan saham perdana PT M Cash Integrasi Tbk Foto: Ela Nurlaela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pencatatan saham perdana PT M Cash Integrasi Tbk Foto: Ela Nurlaela/kumparan
ADVERTISEMENT
Emiten bidang IT, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) tengah menjadi sorotan publik. Sebab selain harga sahamnya yang naik signifikan, baru-baru ini saham MCAS direkomendasikan oleh dua publik figur yaitu Raffi Ahmad dan Ari Lasso.
ADVERTISEMENT
Raffi Ahmad mengaku investasinya di saham MCAS sudah cuan 20 hingga 30 persen dalam hitungan minggu. Sedangkan Ari Lasso memamerkan pergerakan saham MCAS dalam beberapa pekan yang terlihat naik signifikan. Keduanya kompak mengatakan bahwa saham MCAS sangat menarik untuk dikoleksi.
Namun apakah benar saham MCAS layak dikoleksi investor? kumparan pun mencoba menelusuri kinerja fundamental perseroan. Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, MCAS ternyata hobi melakukan koreksi terhadap laporan kinerja keuangan perseroan.
Sepanjang 2020 ini misalnya, MCAS rutin melakukan revisi untuk laporan keuangannya di setiap kuartal. Pada kuartal I 2020, MCAS awalnya melaporkan memperoleh pendapatan neto sebesar Rp 2,94 triliun. Kemudian perseroan mencatat kerugian investasi sebesar Rp 1,81 miliar. Sehingga pada laporan awal, perseroan mencatat laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 10,59 miliar.
ADVERTISEMENT
Namun, laporan tersebut kemudian direvisi. Revisi untuk laporan keuangan kuartal I 2020 baru disampaikan perseroan pada 30 November 2020. Yang mengejutkan beberapa catatan kinerja keuangan berubah sangat signifikan. Pada penyajian kembali laporan keuangan tersebut, tercatat perseroan menderita kerugian investasi hingga Rp 196,43 miliar.
Hal ini otomatis membuat perseroan yang semula mencatatkan laba kini justru merugi. Dalam restatement tersebut diketahui perseroan mencatatkan rugi neto yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 184,03 miliar.
Tidak hanya di kuartal I, koreksi laporan keuangan juga kembali dilakukan perseroan pada kuartal II. Awalnya, perseroan melaporkan sepanjang kuartal 2020 berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 6,1 triliun.
Namun beban pokok perseroan juga cukup besar yaitu di angka Rp 6,03 triliun. Di sisi lain awalnya perseroan mengeklaim mendapatkan keuntungan investasi sebesar Rp 40,98 miliar. Sehingga laba neto yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 53,24 miliar.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, laporan keuangan ini direvisi oleh MCAS. Komponen yang paling siginifikan berbeda adalah pada pos keuntungan investasi. Alih-alih untung seperti dalam laporan awal, perseroan justru menanggung rugi investasi sebesar Rp 153,3 miliar. Hal ini menyebabkan MCAS mencatatkan rugi neto yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 141,38 miliar.
Pencatatan saham perdana PT M Cash Integrasi Tbk Foto: Ela Nurlaela/kumparan
Sedangkan untuk kuartal III, perseroan kembali merevisi laporan keuangannya. Dalam restatement tersebut, diketahui perseroan berhasil mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 8,6 triliun dengan beban pokok sebesar Rp 8,5 triliun. Lagi-lagi perseroan menderita kerugian investasi sebesar 17,8 triliun. Namun pada kuartal III 2020 ini perseroan tidak lagi merugi. Laba neto yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 17,83 miliar.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, berdasarkan data RTI, saham MCAS memang mengalami kenaikan signifikan dalam 6 bulan terakhir. Pada awal 2020, saham MCAS tercatat ada di level Rp 3.015 per saham. Kemudian saham MCAS sempat turun di masa pandemi. Bahkan saham MCAS sempat anjlok dalam hingga menyentuh level Rp 645 per saham di bulan Mei 2020.
Namun setelah itu, saham MCAS perlahan bangkit. Di pertengahan Desember 2020, saham MCAS berhasil kembali ke level sebelum pandemi. Namun kenaikan tetap berlanjut. Per hari ini, saham MCAS berada di level Rp 4.550 naik 8,33 persen dibanding penutupan perdagangan kemarin. Dalam 6 bulan terakhir, saham MCAS sudah meroket 234 persen.
Tidak hanya pada 2020 saja, perseroan ternyata juga sudah melakukan praktik revisi tersebut sejak 2019.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterbukaan BEI, pada kuartal I 2019, MCAS awalnya mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,03 triliun dengan beban pokok sebesar Rp 1,96 triliun. Pada kuartal tersebut perseroan juga mencatatkan keuntungan investasi sebesar Rp 17,73 miliar sehingga laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 35,49 miliar.
Kemudian laporan tersebut direvisi. Adapun salah satu komponen yang diganti adalah keuntungan investasi yang ternyata tidak sebesar laporan pertama yaitu hanya sebesar Rp 9,88 miliar. Sehingga sejatinya MCAS hanya mengantongi laba bersih Rp sebesar 27,5 miliar.
Begitu juga pada kuartal II 2019. Pada kuartal ini perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,5 triliun. Naik dua kali lipat dibanding pendapatan pada kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Namun lagi-lagi perseroan merevisi keuntungan investasi yang awalnya dilaporkan Rp 58,75 miliar, ternyata hanya Rp 9,5 miliar. Sehingga laba bersih yang awalnya dilaporkan sebesar Rp 90,78 miliar ternyata hanya Rp 41,28 miliar setelah direvisi. Meski demikian laba bersih ini naik 50,10 persen dibanding capaian pada periode sebelumnya.
Pada kuartal III 2019, perseroan kembali melakukan koreksi atas laporan keuangan yang disajikan. Pada kuartal tersebut MCAS mengantongi pendapatan Rp 7,8 triliun dengan beban usaha 7,6 triliun. Awalnya MCAS melaporkan memperoleh keuntungan investasi sebesar Rp 103,06 miliar. Namun angka tersebut kemudian dikoreksi dan menjadi Rp 53,89 miliar. Sedangkan pada pos laba bersih, awalnya perseroan mencatatkan laba sebesar 144,75 miliar. Meski setelah direvisi laba bersih diketahui sebesar Rp 95,57 miliar.
ADVERTISEMENT
Lalu pada laporan tahunan, MCAS melaporkan sepanjang 2019 perseroan membukukan pendapatan sebesar 11,09 triliun dengan beban usaha sebesar 10,83 triliun. Sepanjang tahun 2019 perseroan juga mengeklaim meraup laba sebesar Rp 152,34 miliar.
Karyawan mengamati layar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9). Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
Jika melihat fakta tersebut, maka harga saham MCAS saat ini dinilai tidak sebanding dengan kinerja fundamental perseroan. Hal ini membuat analis saham juga turut berkomentar.
Dalam akun instagramnya, Analis Saham Lukas Setiaatmaja membagikan komentar analis lain yaitu Lo Kheng Hong. Lo membandingkan harga saham MCAS dengan saham PT Panin Financial Tbk (PNFL). Menurut Lo, PNFL berhasil meraup laba sebesar Rp 1,37 triliun sementara MCAS hanya mengantongi Rp 17,8 miliar. Menariknya harga saham MCAS kini tembus di level Rp 4.540 sementara harga saham PNFL hanya di kisaran Rp 262. Padahal laba PNFL 7.666 persen lebih tinggi ketimbang laba MCAS.
ADVERTISEMENT
“Karena artis jadi belinya MCAS,” tulis Lo dalam tangkapan layar yang dibagikan Lukas di akun instagramnya, Jumat (8/1).
Dalam kolom caption, Lukas juga memperkuat statement Lo tersebut. Menurutnya jika dilihat dari sisi valuasi, saham MCAS memang terlalu mahal.
“Matematika sederhana yang sering dilupakan para investor. Btw lihat di RTI, PER dan PBV PNFL 4,5x dan 0,34x sedangkan PER dan PBV MCAS 165x dan 10,2x,” tulisnya.
Adapun Price to Earning Ratio (PER)merupakan rasio yang menggambarkan harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan keuntungan atau laba per saham yang dihasilkan perusahaan tersebut (EPS).
Sedangkan Price To Book Value (PBV) adalah rasio harga saham terhadap nilai bukunya yang membandingkan antara nilai pasar suatu saham dengan nilai bukunya. Biasanya, PBV digunakan sebagai salah satu ukuran paling dasar untuk apakah saham sedang 'diskon' atau tidak.
ADVERTISEMENT
Sementara itu berdasarkan data terbaru RTI, per hari ini Jumat (8/1), saham MCAS berada di posisi Rp 4.547 per saham atau naik 0,22 persen. Sementara itu PER nya tercatat 166,44x dan PBV 10,30x.
Adapun sepanjang kuartal III 2020, MCAS mengantongi pendapatan sebesar Rp 8,6 triliun dengan beban pokok sebesar Rp 8,5 triliun. Sementara itu laba neto yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 17,83 miliar. Angka ini anjlok 82 persen dibandingkan capaian pada kuartal III 2019 yang tercatat Rp 95,57 persen.