Faktor Eksternal Penyebab Rupiah Kembali Tertekan

20 April 2018 17:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS. Berdasarkan kurs tengah BI pada Jumat (20/4), nilai tukar rupiah diperdagangkan Rp 13,804 per dolar AS. Level tersebut melemah 26 poin dibanding hari sebelumnya sebesar Rp 13.778 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan pelemahan rupiah ini masih dipengaruhi faktor eksternal, salah satunya ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang diprediksi hingga tiga kali.
"Pasar berekspektasi Fed akan menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali," kata David kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (20/4).
Namun, David memprediksi pelemahan nilai tukar rupiah ini hanya sementara. Menurut dia, banyak faktor yang dapat membuat rupiah kembali perkasa terhadap dolar AS.
"Apalagi data-data terakhir cukup baik seperti data ketenagakerjaan. Jadi pelemahan rupiah tergantung kondisi eksternal," katanya.
Menurut dia, pelemahan rupiah yang menyentuh ke angka Rp 13.800 ini tidak berdampak signifikan kepada perbankan. Sebab, angka tersebut belum melewati level psikologis pasar yang menyentuh Rp 15.000.
ADVERTISEMENT
"Tapi perlu diwaspadai jika rupiah terus melemah melewati level psikologis, perkiraan saya level psikologis Rp 15.000, karena bisa mempengaruhi confidence pengusaha dan konsumen dalam berinvestasi dan bertransaksi," katanya.
Sementara Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah diperdagangkan melemah pada hari ini dipengaruhi oleh penguatan dolar AS terhadap seluruh mata uang utama termasuk Yen, Euro, dan Sterling yang memberikan tekanan pada nilai tukar Asia.
"Penguatan USD terhadap mata uang dunia ditopang kenaikan yield surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun sebesar 9bps dalam 3 hari terakhir ini ke level 2,9%. Kenaikan imbal hasil surat utang tersebut dipengaruhi ekspektasi kenaikan inflasi mendekati level 2% seiring tren kenaikan harga minyak dunia," jelasnya.
ADVERTISEMENT