Fauzi Ichsan Beberkan Sejumlah Persoalan di Industri Asuransi RI

6 April 2022 19:59 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Wakil Ketua DK OJK Mohamad Fauzi Maulana Ichsan mengikuti uji kepatutan dan kelayakan di Komisi XI DPR RI, Rabu (6/4/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Calon Wakil Ketua DK OJK Mohamad Fauzi Maulana Ichsan mengikuti uji kepatutan dan kelayakan di Komisi XI DPR RI, Rabu (6/4/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Calon Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), Mohammad Fauzi Maulana Ichsan atau Fauzi Ichsan, berbicara tantangan sektor asuransi di Indonesia saat menjalani fit and proper test di Komisi XI DPR, Rabu (6/4).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, ada lima faktor permasalahan pada perusahaan asuransi yang gagal. Pertama, nilai aset yang merosot karena investasi di saham tidak bisa diubah menjadi uang tunai tanpa mengurangi nilainya secara drastis.
"Harganya mudah dimanipulasi melalui insider trading," ungkap Fauzi Ichsan.
Faktor kedua, pencatatan aset berdasarkan nilai buku, bahkan bisa dilakukan dengan harga buatan, bukan berdasarkan harga pasar.
Selain itu, faktor ketiga yang turut mempengaruhi permasalahan asuransi adalah model bisnis yang salah, karena menggalang dana dengan menjual produk liabilitas jangka panjang. Padahal, katanya, liabilitas jangka panjang dapat diartikan sebagai liabilitas yang kewajibannya harus dibayarkan dalam periode lebih dari 12 bulan.
Selain itu, produk liabilitas tersebut juga memiliki jaminan bunga yang tinggi, yakni sekitar 8-9 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan imbal hasil Surat Berharga Nasional (SBN). Hal ini yang terjadi pada asuransi Jiwasraya.
ADVERTISEMENT
"Menjual produk liabilitas jangka panjang dengan jaminan bunga yang tinggi seperti asuransi Jiwasraya di kisaran 8 hingga 9 persen," kata Ichsan.
Selanjutnya, kesalahan premi yang dibayar oleh pemegang polis juga menjadi persoalan tersendiri di industri asuransi. Menurutnya, para nasabah banyak yang hanya melakukan sekali pembayaran untuk menjamin risiko yang sifatnya multi tahunan.
Akibatnya risiko klaim yang diterima sangat besar dan menjadi salah satu penyebab banyak perusahaan asuransi yang mengalami kolaps.
"Risiko klaim juga sangat besar. Itulah salah satu alasan perusahaan asuransi yang salah pricing bisa gagal," ujar Ichsan.
Faktor kelima, cadangan premi, beban klaim, dan estimasi klaim yang terlalu rendah. Fauzi menuturkan, hal ini adalah permasalahan bersama yang harus dihadapi.
ADVERTISEMENT
Dia pun menilai, penyelewengan besar masih terjadi dalam tubuh perusahaan asuransi melalui broker asuransi dengan agen. Tak tanggung-tanggung, dana penyelewengan ini bisa menyentuh angka ratusan miliar rupiah setiap tahunnya.
"Intinya perlu menyelesaikan masalah unit-link produk asuransi. Ini juga permasalahan yang cukup high profile," tandasnya.