Fenomena Harga Saham Turun Usai Dividen Cair, Wajar atau Berbahaya?

11 Juni 2025 15:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025).  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Juni menjadi surga bagi para investor saham yang berburu dividen karena banyak yang cair. Meski bikin happy rekening, tapi harga saham turun biasanya akan turun.
ADVERTISEMENT
Harga saham yang melemah setelah pembagian dividen bukan hal baru di pasar modal. Fenomena ini sering terjadi dan dipicu oleh aksi ambil untung dari investor atau bisa juga dikenal dengan istilah Sell in May and go away.
PT Jasa Marga Tbk (JSMR) salah satu contohnya. Setelah melewati masa cum dividen pada Senin (19/5), saham JSMR langsung terjun bebas. Aksi jual investor usai penetapan hak dividen menjadi salah satu pemicu tekanan pada harga saham.
Sehari kemudian, pada Selasa (20/5), saham JSMR ditutup melemah 4,08 persen ke level Rp 4.000 per saham. Penurunan ini mencerminkan respons pasar yang umum terjadi setelah pembagian dividen.
Emiten lainnya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Setelah melewati masa cum dividen pada Selasa (10/6), sehari setelahnya saham TLKM bertengger di level Rp 2.780 per saham atau mengalami penurunan sebesar 4,47 persen.
ADVERTISEMENT
Menanggapi peristiwa tersebut, Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyebut penurunan saham pasca-dividen merupakan hal yang wajar.
Menurut Nafan, koreksi harga saham setelah pembagian dividen justru bisa menjadi peluang baru bagi investor.
Dia menilai momen tersebut kerap dimanfaatkan untuk kembali mengakumulasi saham karena pergerakan harganya menjadi menarik. Kondisi seperti dividen trap pun dinilai dapat menciptakan harga saham yang undervalued sehingga semakin menarik perhatian pelaku pasar untuk masuk kembali.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Katanya, membeli saham di harga rendah memberikan potensi cuan yang lebih besar. Beberapa sektor yang menurutnya patut diperhatikan untuk ke depannya antara lain sektor perbankan, saham-saham non-siklis seperti Mayora, serta saham infrastruktur seperti Jasa Marga (JSMR).
"Kalau kita beli saat harga di bawah, itu peluang bagus. Sektor perbankan masih menarik, juga non-siklis seperti Mayora dan infrastruktur seperti JSMR,” lanjut Nafan.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Nafan Aji, Financial Planner Andy Nugroho juga menyebut penurunan harga saham setelah dividen cair merupakan hal yang wajar.
"Karena ada investor-investor yang mereka membeli suatu saham demi mengejar dapat pembagian dividennya saja,” kata Andy, kepada kumparan, Rabu (11/6).
Andy menjelaskan investor semacam ini hanya masuk menjelang tanggal pencatatan dividen dan segera keluar setelahnya, sehingga menyebabkan tekanan jual yang berdampak pada harga saham. Namun, bagi investor jangka panjang, koreksi ini justru bisa menjadi peluang.
“Bagi investor yang proyeksinya untuk jangka panjang, hal tersebut bisa menjadi peluang karena mereka bisa mengakumulasi saham tersebut lebih banyak lagi sehingga bisa mendapatkan dividen lebih besar lagi di pembagian dividen berikutnya,” jelasnya.
Warga mengakses data saham dari perangkat laptop di Jakarta, Selasa (11/2/2025). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Katanya, investor bertipe trader juga bisa mengambil manfaat dari kondisi ini. Mereka bisa masuk saat harga turun dan menjual kembali ketika harga saham rebound.
ADVERTISEMENT
Untuk sektor-sektor yang menjanjikan di semester kedua 2025, Andy merekomendasikan saham sektor keuangan terutama perbankan besar, sektor komoditas seperti barang baku, mineral dan energi, sektor infrastruktur, konsumen primer, serta teknologi.
Dalam hal strategi investasi, Andy menekankan pentingnya kombinasi antara mengejar dividen dan capital gain.
“Tergantung dari strategi investasi masing-masing investor. Akan lebih baik lagi bila bisa dikombinasi di antara keduanya baik melalui capital gain serta mendapatkan dividen," lanjut dia.
Untuk kuartal ketiga 2025 nanti, ia merekomendasikan sektor komoditas, konsumsi, dan ritel. Menurutnya, jika kondisi global membaik, peluang penguatan IHSG cukup besar.
“Faktor stimulusnya adalah bila arus dana asing kembali masuk, musim liburan sekolah dan berbagai stimulus pemerintah, penurunan bunga penjamin LPS, hingga kondisi geopolitik dapat mendorong IHSG dapat menguat,” ujar Andy.
ADVERTISEMENT