Fintech Akseleran Targetkan Penyaluran Pembiayaan Rp 6 T di 2023

31 Maret 2023 15:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fintech peer to peer lending, Akseleran. Foto: Akseleran.
zoom-in-whitePerbesar
Fintech peer to peer lending, Akseleran. Foto: Akseleran.
ADVERTISEMENT
Fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran), menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan ke para pelaku usaha kecil menengah hingga Rp6 triliun pada tahun 2023. Angka ini meningkat 100 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai sebesar Rp3 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Akseleran, Christopher Gultom, menyatakan keoptimistisannya dalam pencapaian target tersebut. Sebab secara historis, katanya, pertumbuhan penyaluran Akseleran setiap tahunnya memang tinggi. Pada satu bulan pertama sejak berdiri di tahun 2017, Akseleran mampu menyalurkan pinjaman sekitar Rp 2 miliar.
Pada tahun 2022, Akseleran menyalurkan pinjaman sebesar hampir Rp3 triliun, dengan penyaluran tertinggi sektiar 350 miliar per bulan. Dibandingkan penyaluran 2021, penyaluran di 2022 tumbuh sekitar 62 persen. Secara kumulatif, semenjak bulan pertama penyaluran yaitu Oktober 2017 sampai Desember 2022, Akseleran telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 7 triliun, dengan 98 persennya disalurkan kepada sektor produktif, khususnya usaha kecil menengah.
"Kita memang masih termasuk perusahaan startup jadi memang masih memungkinkan ada growth yang tinggi, bisa mencapai 100 persen dan secara historis sudah terbukti, jadi target growth kita ini masih realistis, makanya kita optimis ke depannya," kata Christopher, Rabu (29/3).
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, untuk mendukung target penyaluran pembiayaan, Akseleran berencana mengakuisisi perusahaan multifinance di tahun 2023 ini. Selain memperluas jangkauan penyaluran pembiayaan, akuisisi juga diharapkan dapat mempersempit gap pembiayaan atau funding gap di Indonesia yang saat ini mencapai Rp 2.000 triliun per tahun.
"Jadi untuk perusahaan multifinance akan kita coba jalankan, mudah-mudahan dalam waktu 6 bulan ke depan sudah bisa diimplementasikan hanya memang proses masih panjang," jelasnya.
Christopher menuturkan, nantinya perusahaan multifinance tersebut akan turut melayani penerima pinjaman Akseleran yang sudah ada saat ini. Hanya saja, target penerima pinjaman adalah pelaku usaha menengah dan komersil yang membutuhkan pembiayaan dengan nilai pinjaman yang lebih besar dari Rp 2 miliar per penerima pinjaman.
ADVERTISEMENT
Ketentuan batas maksimal penyaluran tersebut tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) atau fintech peer to peer (P2P) lending.
"Karena size-nya besar jadi penyaluran pinjamannya bisa mencapai hingga Rp 10 miliar, Rp 20 miliar per penerima pinjaman dan pertumbuhannya bisa lebih tinggi lagi karena biasanya kita
penyaluran pinjaman dibatasi hanya Rp 2 miliar per penerima pinjaman. Jadi produknya tetap sama hanya kita bisa memasuki pasar yang lebih besar," kata dia.
Tantangan Fintech P2P Lending
Hingga saat ini, ada 102 perusahaan P2P Lending yang sudah berizin dan diawasi oleh OJK. Meski demikian, jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya yang mencapai 160 perusahaan.
ADVERTISEMENT
Christopher menyebut, pandemi COVID-19 menjadi salah satu tantangan terbesar bagi industri pinjaman online ini. Namun, perusahaan penyelenggara P2P Lending yang paling terimbas dari pandemi adalah perusahaan yang menyalurkan pembiayaan ke sektor konsumtif.
Direktur Utama Akseleran, Christopher Gultom. Foto: Akseleran
Akseleran lebih banyak mengambil porsi penyaluran pembiayaan ke sektor produktif. Sehingga hal inilah yang membuat perusahaan tak begitu terdampak dari pandemi COVID-19. Menurut Christopher, hal ini karena Akseleran sudah melakukan pengetatan sebelum adanya pandemi.
Pada 2019, penyaluran pembiayaan yang dilakukan Akseleran tumbuh hampir 4 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pertumbuhan penyaluran pinjaman ini juga diiringi dengan meningkatnya kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
"Kita langsung mengambil tindakan dengan cepat untuk mengatasi kenaikan NPL di 2019 lalu, tim kita langsung melakukan tindakan perbaikan dan tentunya diikuti juga dengan tindakan mitigasi, mulai dari Analisa keuangan yang diketatkan (pengetatan scoring) sampai pemberlakuan join account untuk memastikan uang hasil pembayaran invoice yagn dijaminkan dapat dikontrol untuk pelunasan pinjaman yang diberikan. Dampak perbaikan ini, mulai terasa pada awal 2020 sehingga, pada saat COVID-19 dimulai, Akseleran sudah tidak begitu terdampak secara signifikan, dikarenakan sudah ada tindakan mitigasi yang sudah kita terapkan mulai semester II 2019," katanya.
ADVERTISEMENT
Upaya tersebut berhasil dan dapat dibuktikan dengan angka NPL Akseleran yang menurun secara signifikan, yakni kurang dari 0,5 persen di tahun 2020. Tak hanya itu, Akseleran juga memastikan tetap melakukan mitigasi risiko. Menurut Christopher, ada banyak layer yang dilakukan Akseleran dalam memitigasi risiko. Mulai dari proses pendaftaran, Analisa keuangan, hingga sejumlah upaya jika ditemukan keterlambatan pembayaran.
"Pendaftaran kita KYC (know your customer) biometrik, kita cek E-KTP-nya, kemudian kita fokus ke usahanya, kita lihat keuangannya secara historis bagaimana, laporan keuangannya bagaimana rasio keuangannya. Kenapa kita fokus ke kondisi keuangannya dan make sure kondisi keuangannya layak untuk kita salurkan pinjaman," tambahnya.